Mendesak para diplomat Ukraina untuk menggalang dukungan internasional dan bantuan militer untuk negaranya.

KYIV - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Sabtu (9/7), memberhentikan beberapa utusan senior Kyiv untuk negara sahabat, termasuk Duta Besar Ukraina untuk Jerman, Andriy Melnyk.

Dalam sebuah dekrit di situs web kepresidenan, Zelenskyy mengumumkan pemecatan duta besar Ukraina untuk Jerman, India, Republik Ceska, Norwegia, dan Hongaria, tanpa memberikan alasan untuk langkah tersebut, serta belum jelas apakah para utusan akan diberi posisi baru.

Zelenskyy telah mendesak para diplomatnya untuk menggalang dukungan internasional dan bantuan militer untuk Ukraina demi mencoba bertahan dari invasi Russia.

Selama ini, hubungan Kyiv dengan Jerman yang sangat bergantung pada pasokan energi Russia dan juga ekonomi terbesar Eropa, sangat sensitif. Andriy Melnyk, yang ditunjuk oleh pendahulu Zelenskyy pada akhir 2014, terkenal di kalangan politisi dan diplomat di Berlin.

Pria berusia 46 tahun itu secara teratur muncul dalam media sosial secara blak-blakan, dan telah mencap politisi dan intelektual yang menentang mempersenjatai Ukraina untuk melawan invasi Russia sebagai pereda suasana.

Dia pernah menuduh Kanselir Jerman, Olaf Scholz, berperilaku seperti "sosis hati yang tersinggung" ketika Scholz tidak segera menerima undangan Zelenskyy untuk mengunjungi Kyiv.

Kyiv dan Berlin saat ini berselisih soal turbin buatan Jerman yang tengah menjalani perawatan di Kanada. Jerman ingin Ottawa mengembalikan turbin ke raksasa gas alam Russia Gazprom, untuk memompa gas ke Eropa. Sedangkan Kyiv mendesak Kanada untuk menjaga turbin tersebut, dengan mengatakan pengirimannya ke Russia akan menjadi pelanggaran sanksi yang dikenakan pada Moskwa.

Makin Agresif

Sementara itu, sedikitnya enam orang tewas dan lebih dari 30 orang dikhawatirkan terperangkap dalam reruntuhan setelah roket Uragan Russia menghantam sebuah blok apartemen lima lantai di wilayah Donetsk, Ukraina, Minggu (10/7).

Ukraina melaporkan bentrokan dengan pasukan Russia pada Minggu di front di timur dan selatan, dengan enam warga sipil tewas dalam satu serangan roket, ketika Amerika Serikat (AS) berusaha mengumpulkan dukungan internasional untuk menentang invasi Russia.

Gubernur Donetsk, Pavlo Kyrylenko, mengatakan serangan terhadap gedung apartemen itu terjadi pada Sabtu malam di Kota Chasiv Yar. Dia mengatakan enam orang telah dipastikan tewas dan lima lainnya terluka.

"Menurut informasi dari warga, setidaknya 34 orang kemungkinan terjebak di reruntuhan," katanya di saluran pesan Telegram.

Russia, yang mengatakan sedang melakukan "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina, membantah sengaja menyerang warga sipil. Provinsi Luhansk dan Donetsk, yang sebagiannya dikuasai oleh separatis pro Russia sebelum konflik dimulai pada Februari, terdiri dari kawasan industri timur Donbas yang ingin dikuasai Russia.

"Pasukan Russia menyerang posisi Ukraina di dekat kota timur Sloviansk, tetapi terpaksa mundur," kata militer Ukraina, menambahkan bahwa pasukan Russia telah meluncurkan serangan rudal jelajah ke kota timur laut Kharkiv dari sisi perbatasan mereka.

Gubernur Luhansk, Serhiy Gaidai, mengatakan pasukan Russia berkumpul di daerah Desa Bilohorivka, sekitar 50 kilometer sebelah timur Sloviansk.

"Musuh menembaki permukiman di sekitarnya, melakukan serangan udara, tetapi masih tidak dapat dengan cepat menduduki seluruh wilayah Luhansk. Selama semalam saja, Russia meluncurkan tujuh rentetan artileri dan empat serangan roket," katanya lewat Telegram.

Sementara itu, mengutip separatis pro Russia, Kantor Berita Rusia, Tass, mengatakan pasukan Ukraina telah menembakkan rentetan artileri ke distrik-distrik perumahan di Kota Donetsk. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, pada Sabtu, bahwa tentara Russia sengaja menargetkan warga sipil. SB/and

Baca Juga: