SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk-yeol, mengatakan bahwa negaranya telah memiliki sistem yang dapat secara efektif menangkal dan menanggapi ancaman nuklir Korea Utara (Korut) tanpa memerlukan memiliki persenjataan nuklirnya sendiri.

"Korsel telah membentuk mekanisme yang secara efektif dapat menghalangi dan menanggapi ancaman nuklir Korut tanpa memerlukan persenjataan nuklirnya sendiri," kata Presiden Yoon.

Presiden Yoon mengutarakan pendapatnya itu pada Jumat (20/9) saat melakukan kunjungan ke Republik Ceko, ketika ditanya oleh seorang reporter mengenai apakah Korsel secara serius sedang mempertimbangkan senjata nuklir.

Penegasan Presiden Yoon dilontarkan sepekan setelah Korut mengungkap fasilitas pengayaan uraniumnya untuk pertama kalinya dengan pemimpinnya Kim Jong-un menyerukan untuk meningkatkan jumlah sentrifugal untuk pengayaan uranium sehingga dapat meningkatkan persenjataan nuklir.

LaporanRadio Free Asiapada Kamis (19/9) bahkan menyatakan bahwa berdasarkan analisis citra satelit, bukti bahwa fasilitas pengayaan uranium Korut yang dicurigai sebagai fasilitas pengayaan uranium yang mungkin telah dikunjungi oleh pemimpin Kim Jong-un baru-baru ini, telah berkembang secara signifikan sejak pembangunannya pertama kali terlihat di sana pada Februari.

Sementara itu kantor beritaNikkei Asiayang mengutip keterangan dari pihak militer Korsel pada Kamis melaporkan bahwa Korut saat ini memiliki kemampuan untuk melakukan uji coba nuklir, kapanpun pemimpin Kim Jong-un menginginkannya.

"Jika ada keputusan dari pemimpin, hal itu mungkin dilakukan kapan saja," kata Lee Seong-joon, kepala biro urusan publik untuk Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel.

Dalam penjelasannya, Presiden Yoon juga mengatakan bahwa Seoul memandang peningkatan kemampuan pertahanannya sendiri serta memperkuat penangkalan Amerika Serikat (AS)-Korsel sebagai pertahanan terbaik terhadap ancaman nuklir Korut.

"Kami telah membentuk Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) melalui Deklarasi Washington, serta AS dan Korsel saat ini mempromosikan perencanaan strategis nuklir serta implementasi bersama melalui Integrasi Nuklir-Konvensional," ungkap Yoon, mengacu pada strategi yang dipersiapkan untuk bertahan hidup dan merespons serangan nuklir.

Aliansi Trilateral

AS dan Korsel mengadakan pertemuan NCG perdana pada Juli tahun lalu, ketika para pemimpin membahas pembagian informasi, mekanisme konsultasi, serta perencanaan dan pelaksanaan bersama untuk meningkatkan pencegahan nuklir terhadap Korut.

Kerangka kerja NCG sendiri diumumkan selama KTT bilateral di Washington DC pada April lalu dengan latar belakang meningkatnya tuntutan Korsel untuk memiliki senjata nuklirnya sendiri sehubungan dengan meningkatnya ancaman nuklir Korut.

Presiden Yoon juga menyoroti pentingnya kerjasama antara AS, Korsel, dan sesama sekutu AS yaitu Jepang. "Sejak KTT Camp David pada Agustus tahun lalu, ketiga negara telah membentuk sistem kerja sama trilateral untuk meningkatkan upaya mempromosikan keamanan dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik," kata dia.

Pada pertemuan Camp David, para pemimpin Jepang, AS, dan Korsel, menyepakati beberapa inisiatif utama yang bertujuan untuk memperkuat kerja sama trilateral. Hal ini termasuk komitmen untuk meningkatkan latihan militer bersama, meningkatkan pembagian informasi intelijen, dan memperdalam hubungan ekonomi.

RFA/KoreaTimes/I-1

Baca Juga: