Presiden Korsel menyebut bahwa pertemuan trilateral dengan AS dan ­Jepang akan jadi sebuah tonggak ­sejarah penting dalam kerja sama trilateral untuk menghadapi ­ancaman nuklir dan misil Korut.

SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk-yeol, pada Selasa (15/8) mengatakan bahwa pertemuan puncak yang akan datang dengan para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Jepang, akan menetapkan tonggak baru kerja sama trilateral dalam menghadapi ancaman nuklir dan misil Korea Utara yang berkembang.

Dalam pidato yang menandai peringatan pembebasan negaranya dari penjajahan Jepang tahun 1910-1945, Presiden Yoon menekankan perlunya meningkatkan kerja sama keamanan dengan Washington DC dan Tokyo, melalui aset pengintaian dan berbagi data secara real-time tentang senjata nuklir dan misil Korea Utara (Korut).

"KTT tersebut akan menjadi tonggak sejarah baru dalam kerja sama trilateral yang berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan di kawasan Indo Pasifik," kata Presiden Yoon.

Presiden Yoon rencananya akan bertemu dengan Presiden AS, Joe Biden, dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, di retret kepresidenan Camp David di Maryland pada Jumat (18/8) mendatang, di mana mereka akan meluncurkan serangkaian inisiatif bersama di bidang teknologi, pendidikan, dan pertahanan, kata seorang pejabat senior AS.

Sejak menjabat pada Mei 2022, Presiden Yoon telah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Tokyo, yang dirusak oleh kebuntuan perselisihan atas tuntutan kompensasi yang diajukan oleh para korban kerja paksa Jepang selama pemerintahan kolonialnya.

Jepang mengatakan masalah itu diselesaikan di bawah perjanjian 1965 yang menormalkan hubungan, tetapi hubungan yang tegang telah menghambat upaya pimpinan AS untuk meningkatkan kerja sama trilateral guna mengekang program senjata Korut.

Presiden Yoon telah mengambil langkah-langkah untuk memberi kompensasi kepada para korban kerja paksa dan mengunjungi Tokyo pada Maret laludalam perjalanan pertama oleh seorang pemimpin Korsel dalam 12 tahun.

"Korea dan Jepang sekarang menjadi mitra yang memiliki nilai-nilai universal dan mengejar kepentingan bersama," kata Presiden Yoon dalam pidatonya seraya berjanji untuk meningkatkan pertukaran masalah keamanan dan ekonomi.

Pidato tersebut tidak menyebutkan masalah keamanan terkait dengan kekuatan besar lainnya di kawasan termasuk Tiongkok dan Russia.

Washington DC memiliki pengaturan pertahanan kolektif formal dengan Tokyo dan Seoul secara terpisah, tetapi ingin kedua negara itu bekerja lebih dekat mengingat kekhawatiran yang meningkat tentang kekuatan Tiongkok yang kian meningkat dan kekhawatiran tentang itikadnya.

Tegaskan Solidaritas

Sementara itu kantor berita KBS melaporkan bahwa jelang digelarnya KTT trilateral, paramenteri luar negeri Korsel, AS, dan Jepang, telah melakukan pertemuan virtual pada Senin (14/8) malam.

"Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Korsel, Park Jin, dan Menteri Luar Negeri Jepang, Yoshimasa Hayashi, telah mengadakan pertemuan secara virtual pada Senin," lapor Kyodo. "Para menlu Jepang, AS, dan Korsel memulai pertemuan virtual karena mereka ingin menegaskan kembali solidaritas mereka terhadap ancaman nuklir dan misil Korut," imbuh kantor berita itu.

Sementara itu KBS menyatakan bahwa dalam KTT trilateral nanti, ketiga pemimpin negara diperkirakan akan membahas visi bersama dan prinsip dasar dalam kerja sama trilateral, pembangunan sistem kerja sama yang komprehensif, langkah-langkah untuk menangani bersama ancaman nuklir dan misil Korut, serta kerja sama demi kemakmuran bersama regional dan pertumbuhan masa depan. ST/KBS/Kyodo/I-1

Baca Juga: