YERUSALEM - Kantor Perdana Menteri Israel pada Senin (21/6) mengumumkan pembubaran pemerintahan koalisi negara itu dan akan mengadakan pemilihan baru. Pembubaran pemerintahan ini membuka jalan bagi pemilu kelima negara itu dalam tiga setengah tahun, setelah pemerintahan PM Naftali Bennett tidak dapat menahan tekanan yang meningkat pada koalisi pemerintahan yang berkuasa.

Koalisi pemerintahan yang terbentuk dari delapan partai berbeda yang mencakup partai-partai sayap kanan, liberal, dan Muslim Arab, mulai retak setelah beberapa anggota partai Bennett meninggalkannya.

Bennett pun digantikan oleh Menteri Luar Negeri Yair Lapid, mitra koalisi utamanya yang berhasil menghentikan rekor 12 tahun pemerintahan mantan PM Benjamin Netanyahu.

Lapid, mantan jurnalis yang mengepalai partai terbesar dalam koalisi, Yesh Atid, akan menjabat sebagai perdana menteri sementara sampai pemerintahan baru bisa dibentuk.

"Kami berdiri di hadapan Anda hari ini di saat yang tidak mudah, tetapi dengan kesepakatan, kami membuat keputusan yang tepat untuk Israel," kata Bennett dalam pernyataan yang disiarkan televisi saat dia berdiri di samping Lapid.

Pemungutan suara akan diadakan di parlemen pekan depan, setelah itu Lapid akan mengambil alih jabatan perdana menteri, menurut juru bicara Bennett.

Langkah itu dilakukan hanya beberapa pekan menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dengan agenda membantu meningkatkan hubungan keamanan regional melawan musuh lama Israel, Iran.

Akhir Pemerintahan

Lapid mengatakan dia tidak akan menunggu sampai pemilu baru untuk mengatasi masalah yang dihadapi Israel.

"Kita perlu mengatasi biaya hidup, melancarkan kampanye melawan Iran, Hamas dan Hizbullah, dan melawan kekuatan yang mengancam untuk mengubah Israel menjadi negara non-demokrasi," kata dia.

Bennett, mantan miliuner komando dan teknologi yang memasuki politik nasional pada 2013, membela apa yang dilakukan pemerintahannya, dengan mengatakan mereka telah mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka pengangguran, dan menghapus defisit untuk pertama kalinya dalam 14 tahun.

Namun, ketika tekanan pada pemerintah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dia tidak dapat menyatukan koalisi dan memutuskan untuk mundur sebelum partai sayap kanan Netanyahu, Likud, dapat mengajukan mosi sendiri untuk membubarkan parlemen. DW/I-1

Baca Juga: