BEIJING - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, telah memerintahkan reorganisasi terbesar militer negaranya sejak tahun 2015 dalam sebuah langkah yang berdampak pada pasukan yang bertanggung jawab atas kemampuan termasuk perang siber.

"Tiongkok akan menghentikan operasional Pasukan Dukungan Strategis yang dibentuk lebih dari delapan tahun lalu untuk meningkatkan kemampuan di bidang luar angkasa, siber, politik, dan peperangan elektronik," demikian yang dilaporkan kantor berita resmiXinhuapada Jumat (19/4).

Xi pada gilirannya membentuk cabang baru yang disebut Pasukan Dukungan Informasi. Unit kedirgantaraan dan dunia maya yang sebelumnya berada di bawah Pasukan Dukungan Strategis kini secara organisasi sejajar dengan Pasukan Dukungan Informasi yang baru dibentuk, kata Kementerian Pertahanan Tiongkok dalam sebuah pernyataan.

Mengulangi kepemimpinan Partai Komunis atas angkatan bersenjata, Xi mengatakan pasukan baru ini akan memberikan dukungan penting dalam mengkoordinasikan pembangunan dan pemanfaatan sistem informasi siber.

Li Wei, komisaris politik dari Pasukan Dukungan Strategis yang sekarang sudah tidak ada lagi, akan mengambil peran yang sama di Pasukan Dukungan Informasi. Dia berjanji untuk dengan tegas mendengarkan instruksi Xi. Untuk posisi komandan baru Pasukan Pendukung Informasi akan dipegang oleh Bi Yi, stasiun televisi pemerintahCCTVmelaporkan.

Ketegangan Dunia Maya

Menurut Cao Weidong, pensiunan peneliti senior di Akademi Penelitian Angkatan Laut PLA, perubahan tersebut bertujuan untuk mengadaptasi militer Tiongkok dengan lebih baik terhadap kondisi informasi peperangan modern.

"Restrukturisasi ini akan menghasilkan penyebaran informasi yang lebih baik dari sistem satelit dan dunia maya, serta ketika melakukan peperangan elektronik," kata Cao kepada wartawan di sela-sela Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat di Qingdao.

Komandan Pasukan Pendukung Strategis sebelumnya adalah Ju Qiansheng, yang hilangnya dia memicu spekulasi bahwa ia terkait dengan kekacauan yang lebih luas dalam kepemimpinan militer Tiongkok yang terjadi selama setahun terakhir. Meskipun ia baru-baru ini muncul kembali, media pemerintah belum menjelaskan posisinya saat ini.

Restrukturisasi ini terjadi ketika negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini berhadapan dengan Amerika Serikat (AS)dalam perebutan pengaruh global, dengan perang dunia maya yang muncul sebagai medan pertempuran utama. AS, Inggris, dan New Zealand pada bulan Maret menuduh Tiongkok mensponsori aktivitas siber jahat yang menargetkan lembaga-lembaga demokrasi.

Perubahan terbaru ini terjadi setelah Xi melakukan pembersihan besar-besaran terhadap lembaga militer pada tahun 2023. Pakar intelijen AS memandang langkah tersebut sebagai respons terhadap ditemukannya korupsi yang meluas di militer, termasuk di pasukan roket yang mengelola persenjataan nuklir negara tersebut.

Sebelum langkah reformasi militer ini, mantan menteri pertahanan Li Shangfu dicopot dari jabatannya tanpa penjelasan pada Oktober lalu. Tiongkok kemudian menunjuk Dong Jun, seorang veteran angkatan laut sebagai kepala pertahanan baru pada Desember lalu. ST/Bloomberg/I-1

Baca Juga: