BEIJING - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, pada Jumat (15/12), mengatakan modernisasi Tiongkok akan menguntungkan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS).

Pernyataan dalam sebuah surat yang dikirim untuk menandai peringatan 50 tahun komite perdagangan Tiongkok-AS itu dibacakan pada jamuan makan malam di Washington di mana Menkeu AS, Janet Yellen, menuduh Beijing melakukan praktik ekonomi yang tidak adil.

Dikutip dari The Straits Times, perusahaan-perusahaan Amerika telah lama mengeluhkan lingkungan bisnis yang tidak adil di Tiongkok, dengan terbatasnya perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan perlakuan istimewa yang diberikan kepada pesaing dalam negeri.

Namun dalam suratnya, Xi menegaskan Tiongkok akan dengan tegas mendorong keterbukaan tingkat tinggi terhadap dunia luar dan menciptakan lingkungan bisnis yang berorientasi pasar, berbasis hukum, dan terinternasionalisasi.

"Modernisasi Tiongkok akan membawa lebih banyak peluang bagi perusahaan global, termasuk perusahaan Amerika," lanjut Xi.

Yellen menggunakan pidatonya pada jamuan makan malam ulang tahun Dewan Bisnis AS-Tiongkok untuk menyerukan agar Tiongkok beralih dari pendekatan kebijakan ekonomi berbasis negara, dengan mengatakan bahwa model itu dapat membuat investor enggan. Dia mengatakan perjalanannya berikutnya ke Tiongkok sebagai Menteri Keuangan akan mencakup pembahasan hal-hal yang menjadi perhatian sulit.

Ketegangan antara Tiongkok dan AS telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena isu-isu seperti perdagangan dan keamanan.

Namun pada bulan November, Xi bertemu dengan Presiden AS, Joe Biden, di San Francisco, yang mendorong pemulihan hubungan komunikasi militer dan peningkatkan kerja sama bagi kedua belah pihak.

Konsensus Penting

Surat Xi mengakui pertemuan tersebut, dengan mengatakan kedua pemimpin tersebut telah mencapai konsensus penting. Tiongkok bersedia bekerja dengan Amerika Serikat sejalan dengan prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan.

"Ada potensi besar, ruang luas, dan prospek menjanjikan untuk memperkuat kerja sama perdagangan Tiongkok-AS," tulisnya.

Sebelumnya, Yellen, pada Kamis (14/12), menyerukan agar Tiongkok beralih dari pendekatan kebijakan ekonomi berbasis negara, dengan mengatakan hal ini dapat membuat investor enggan.

"Peran yang terlalu kuat dari badan usaha milik negara dapat menghambat pertumbuhan dan peran aparat keamanan yang berlebihan dapat menghalangi investasi," kata Yellen pada jamuan makan malam peringatan 50 tahun Dewan Bisnis AS-Tiongkok di Washington.

Dikutip dari Channel News Asia (CNA), perusahaan-perusahaan AS telah lama mengeluhkan lingkungan bisnis yang tidak adil di Tiongkok, dengan terbatasnya perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan perlakuan istimewa yang diberikan kepada pesaing dalam negeri.

Kekhawatiran ini diperburuk tahun ini dengan adanya tindakan keras terhadap perusahaan konsultan AS yang beroperasi di negara tersebut, dan Washington telah mendorong terciptanya lingkungan bisnis yang lebih dapat diprediksi dan persaingan yang setara.

Mengutip survei anggota Dewan Bisnis AS-Tiongkok baru-baru ini, Yellen mencatat perusahaan-perusahaan sedang mempertimbangkan kembali rencana investasi dan mengatakan hal ini harus menjadi perhatian bagi Beijing.

Pada survei tahun 2023, terdapat lebih banyak perusahaan yang mengisyaratkan rencana memindahkan sebagian operasinya ke luar Tiongkok dibandingkan tahun sebelumnya sejak tahun 2016. "Tren tersebut menunjukkan potensi manfaat bagi Tiongkok untuk mengejar reformasi struktural," kata Yellen.

Baca Juga: