BEIJING - Kementerian Luar Negeri Tiongkok, pada Rabu (11/10), mengumumkan Beijing akan menjadi tuan rumah Forum Belt and Road yang ketiga pada minggu depan. Acara yang direncanakan dibuka Presiden Xi Jinping ini akan dihadiri Presiden Russia, Vladimir Putin, yang jarang melakukan perjalanan ke luar negeri.

Dikutip dari The Straits Times, konferensi di Beijing pada 17-18 Oktober tersebut menandai peringatan 10 tahun Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI) yang diperjuangkan Xi, dan diperkirakan dihadiri perwakilan dari banyak negara berkembang, terutama dari Amerika Latin dan Afrika.

Putin menghadiri dua forum sebelumnya, pada 2017 dan 2019, dan Kremlin mengatakan pada September bahwa ia telah menerima undangan ke forum tersebut dan akan melakukan pembicaraan dengan Xi.

Pemimpin Russia tersebut diketahui tidak pergi ke luar negeri sejak Pengadilan Kriminal Internasional atau International Criminal Court (ICC) yang bermarkas di Den Haag, mengeluarkan surat perintah penahanan terhadapnya pada Maret atas deportasi anak-anak dari Ukraina.

Putin diperkirakan akan mengunjungi Kyrgyzstan, pada Kamis, sebelum pertemuan di Beijing. Baik Kyrgyzstan maupun Tiongkok bukan anggota ICC, yang didirikan untuk mengadili kejahatan perang.

Infrastruktur Global

BRI adalah rencana infrastruktur global dan jaringan energi yang diluncurkan Tiongkok satu dekade lalu untuk menghubungkan Asia dengan Afrika dan Eropa, melalui jalur darat dan laut.

Namun, para kritikus melihat rencana tersebut, yang disebut sebagai pembuatan kembali Jalur Sutra kuno untuk meningkatkan perdagangan global, sebagai alat bagi Tiongkok untuk menyebarkan pengaruh geopolitik dan ekonominya.

Putin, dalam pesannya kepada Xi bulan ini, mengatakan pembicaraan mereka akan memperdalam hubungan Russia-Tiongkok.

"Demi kepentingan rakyat kita yang bersahabat, demi kepentingan menjamin keamanan dan stabilitas di Benua Eurasia dan di seluruh dunia," katanya.

"Tiongkok telah menandatangani dokumen kerja sama BRI dengan lebih dari 150 negara dan lebih dari 30 organisasi internasional," kata Kementerian Luar Negeri.

Italia, satu-satunya negara anggota G7 yang mendaftar, telah mengkritik keputusan pemerintah sebelumnya yang bergabung dengan skema inisiatif pada 2019, dan menteri luar negerinya baru-baru ini mengatakan perdagangan antara Italia dan Tiongkok belum membaik.

Sebelumnya, Tiongkok, pada Selasa (10/10), mengumumkan proyek inisiatif kerja sama Sabuk dan Jalan (Belt and Road Iniatitive/BRI) telah menghasilkan kontrak senilai dua triliun dollar AS di seluruh dunia, setara dengan ukuran beberapa perekonomian negara terbesar di dunia.

Dikutip dari Agence France- Presse (AFP), sebuah buku putih dari Dewan Negara Tiongkok menyatakan negara-negara yang berpartisipasi dalam inisiatif ini berutang lebih dari 300 miliar dollar AS kepada Bank Ekspor-Impor Tiongkok (Eximbank), angka yang menurut seorang pakar mungkin terlalu diremehkan, namun menunjukkan betapa besarnya utang infrastruktur dalam perekonomian global.

Bulan ini, Tiongkok merayakan ulang tahun ke-10 BRI, dengan Beijing telah menggelontorkan satu triliun dollar AS untuk proyek-proyek di seluruh dunia yang merupakan proyek geopolitik yang menentukan bagi Presiden Xi Jinping.

Baca Juga: