RIYADH - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, pada Jumat (9/12) menggembar-gemborkan hubungan keamanan dan energi yang erat dengan negara-negara Teluk selama KTT di Arab Saudi yang menyoroti ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).

Pada hari terakhir kunjungannya, Presiden Xi menghadiri pertemuan enam anggota Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) dan pertemuan para pemimpin Tiongkok-Arab yang lebih luas.

Pertemuan Jumat mengikuti pertemuan bilateral Kamis (8/12) dengan keluarga Kerajaan Saudi yang menghasilkan pernyataan bersama yang menekankan pentingnya stabilitas di sektor minyak.

"Tiongkok akan terus mendukung negara-negara GCC dalam menjaga keamanan mereka sendiri dan membangun kerangka kerja sama keamanan kolektif untuk negara-negara Teluk," kata Xi pada awal KTT Tiongkok-GCC, Jumat.

"Tiongkok akan terus mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar dari negara-negara GCC secara berkelanjutan," imbuh dia seraya berjanji untuk memperluas bidang kerja sama energi lainnya termasuk impor gas alam cair.

Selain itu, Xi mengatakan Tiongkok akan memanfaatkan sepenuhnya platform yang berbasis di Shanghai untuk melakukan penyelesaian transaksi perdagangan minyak dan gas dengan mata uang RMB (yuan), sebuah langkah yang jika negara-negara Teluk berpartisipasi akan bisa melemahkan dominasi global mata uang dollar AS .

Sepanjang tahun lalu, minyak dari Arab Saudi saja menyumbang 17 persen dari impor Tiongkok, dan bulan lalu Qatar mengumumkan kesepakatan gas alam selama 27 tahun dengan Tiongkok.

Tolak Polaritas

Kunjungan Xi dilakukan di tengah gesekan yang terus-menerus antara Arab Saudi dan AS, mitra lama dan penjamin keamanannya, atas produksi minyak, masalah hak asasi manusia, dan keamanan regional.

Gesekan itu terjadi setelah kunjungan Presiden AS, Joe Biden, ke Jeddah pada Juli lalu. Saat itu Biden gagal membujuk Saudi untuk memompa lebih banyak minyak untuk menurunkan harga.

Kedatangan Xi di Saudi sempat menuai peringatan dari Gedung Putih pada Rabu (7/12) lalu, yang memperingatkan tentang pengaruh yang coba ditanam Tiongkok di seluruh dunia.

Dalam peringatan itu, Washington DC menyebut tujuan Beijing tidak kondusif untuk melestarikan tatanan berbasis aturan internasional.

Pejabat Saudi telah berulang kali menekankan bahwa mereka menghargai hubungan yang mendalam dengan Washington DC, tetapi mereka tidak akan ragu untuk menjajaki hubungan di tempat lain.

"Kami sangat fokus pada kerja sama dengan semua pihak dan saya pikir persaingan adalah hal yang baik," kata Menlu Arab Saudi, Pangeran Faisal, pada Jumat.

"Kami akan terus bekerja dengan semua mitra kami, dan kami tidak melihatnya sebagai permainan zero-sum. Kami pun tidak percaya pada polaritas," tegas dia. SB/AFP/I-1

Baca Juga: