Kapsul Boeing CST-100 Starliner berhasil merapat ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Sabtu (21/5). Ini menandakan munculnya potensi alat transportasi tersebut membawa manusia ke ISS di masa mendatang.

Keberhasilan tersebut juga memvalidasi kemampuan Starliner di luar angkasa setelah mengalami penundaan dan kegagalan bertahun-tahun.

Dikutip dari situs NASA, Starliner membawa kargo seberat 500 pon atau 226 kilogram. Adapun yang dibawa, seperti persediaan kru dan 300 pon atau 136 kilogram kargo milik Boeing ke ISS.

Dilansir dari laman The Verge, Starliner milik Boeing merupakan kunci untuk program NASA yang disebut Orbital Flight Test-2 (OFT-2). Starliner dikembangkan Boeing untuk Program Kur Komersial NASA, yang dibuat untuk mengangkut astronot NASA ke dan dari stasiun luar angkasa.

Tetapi sebelum ada yang astronot yang naik, NASA menugaskan Boeing untuk melakukan demonstrasi penerbangan Starliner tanpa awak untuk menunjukkan bahwa kapsul dapat memenuhi semua syarat yang harus dicapai ketika membawa penumpang nantinya.

Boeing telah berjuang untuk menunjukkan kemampuan Starliner sampai sekarang. Misi ini disebut OFT-2 karena secara teknis merupakan pengulangan dari misi yang dicoba Boeing pada tahun 2019, yang disebut OFT.

Selama penerbangan itu, Starliner diluncurkan ke luar angkasa seperti yang direncanakan, tetapi kesalahan perangkat lunak mencegah kapsul tersebut masuk ke orbit yang benar yang diperlukan untuk mencapai pertemuan dengan ISS. Boeing harus membawa pulang pesawat lebih awal, dan perusahaan tidak pernah menunjukkan kemampuan Starliner untuk berlabuh dengan ISS.

Saat ini, 2,5 tahun kemudian, Starliner akhirnya menunjukkan apa yang dipersiapkan. Menggunakan serangkaian sensor, kapsul secara mandiri mengarahkan dirinya ke port docking terbuka di stasiun luar angkasa.

"Pesawat ruang angkasa Boeing Starliner menyelesaikan docking pertamanya yang bersejarah ke Stasiun Luar Angkasa Internasional yang membuka jalan akses baru bagi awak ke laboratorium yang mengorbit," Steve Siceloff, perwakilan komunikasi untuk Boeing.

Steve menjelaskan, terjadi keterlambatan docking selama satu jam akibat beberapa masalah dengan grafis dan cincin docking. Namun, hal tersebut bisa diselesaikan sebelum docking.

Sebelumnya juga muncul beberapa kekhawatiran tentang kemampuan Starliner untuk berlabuh di stasiun luar angkasa setelah Boeing mengungkapkan beberapa masalah dengan pendorong kapsul kemarin.

Pada 18:54 ET, Starliner berhasil diluncurkan ke luar angkasa di atas roket Atlas V, yang dibuat dan dioperasikan oleh United Launch Alliance. Setelah Starliner terpisah dari Atlas V, dia harus menembakkan pendorongnya sendiri untuk memasukkan dirinya ke orbit yang tepat untuk mencapai stasiun luar angkasa.

Namun, setelah manuver itu terjadi, Boeing dan NASA mengungkapkan bahwa dua dari 12 pendorong yang digunakan Starliner untuk prosedur itu gagal dan terputus terlalu dini. Sistem kontrol penerbangan kapsul mampu masuk dan dialihkan ke pendorong yang berfungsi, yang membantu membawa Starliner ke orbit yang stabil.

Pada akhirnya, NASA dan Boeing mengklaim bahwa masalah tersebut seharusnya tidak berdampak pada misi Starliner lainnya.

"Benar-benar tidak perlu menyelesaikannya. Tapi saya tahu apa yang akan dilakukan tim, dan apa yang selalu kami lakukan adalah melihat data, mencoba memahami apa yang terjadi," Steve Stich, manajer program NASA untuk Program Kru Komersial.

Boeing juga mencatat bahwa tim Starliner sedang menyelidiki beberapa kejadian aneh dari "thermal cooling loop", tetapi mengatakan bahwa suhu di kapsul tetap stabil.

Starliner CST-100 akan merapat di ISS selama 4-5 hari atau pada 25 Mei. Astronot yang berada di ISS juga akan membuka palka dan mengambil beberapa kargo yang dikemas di dalamnya.

Setelah tinggal sebentar di ISS, Starliner akan melepaskan diri dari ISS dan menjauhkan diri dari stasiun untuk pulang. Kapsul akan menggunakan pendorongnya untuk keluar dari orbit dan membawanya ke Bumi.

Baca Juga: