Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah mendalami laporan tentang temuan virus cacar monyet atau Monkeypox dalam cairan sperma pasien, kata pejabat WHO. Ini bertujuan untuk melihat potensi apakah cacar monyet bisa ditularkan secara seksual.

Badan PBB itu masih meyakini bahwa virus tersebut terutama ditularkan lewat kontak dekat antar manusia. Namun dalam beberapa hari terakhir, para ilmuwan telah mendeteksi DNA virus dalam cairan sperma sejumlah pasien cacar monyet di Italia dan Jerman.

"Kita benar-benar perlu fokus pada cara penularan yang paling sering terjadi dan kita dengan jelas melihat bahwa (penularan) itu berkaitan dengan kontak kulit," kata Catherine Smallwood, manajer insiden cacar monyet di WHO Eropa, dalam jumpa pers, dikutip dari Reuters, Kamis (16/6).

Sebagai informasi, lebih dari 1.300 kasus cacar monyet telah dilaporkan oleh sekitar 30 negara, terutama di Eropa, sejak awal Mei. Sebagian besar kasus dilaporkan menimpa laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan akan mengganti nama penyakit cacar monyet atau Monkeypox. Badan tersebut khawatir bahwa nama nama penyakit yang telah menginfeksi lebih dari 1.600 orang di 39 negara pada tahun ini bisa menstigmatisasi.

"WHO bekerja sama dengan mitra dan pakar dari seluruh dunia untuk mengubah nama virus cacar monyet, kelasnya, dan penyakit yang ditimbulkannya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Fox News, Rabu (15/6).

"Kami akan mengumumkan nama baru secepatnya," tambahnya.

Tedros menjelaskan, pengumuman wacana tersebut setelah lebih dari 30 ilmuwan internasional mendesak komunitas kesehatan untuk mengubah nama virus pada pekan lalu.

Baca Juga: