Pengembangan sektor pariwisata menjadi fokus perhatian pemerintah. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga terkait untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur dan utilitas dasar di lima destinasi super prioritas.

Kelima destinasi super prioritas itu ialah Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Likupang (Sulawesi Utara). Presiden Joko Widodo sebelumnya menargetkan pembangunan infrastruktur pendukung di lima destinasi super prioritas selesai pada akhir 2020.

Dalam upaya mempercepat rencana tersebut koordinasi dilakukan dengan Polri yang mendukung langsung stabilitas keamanan pariwisata Indonesia. Sedangkan akses menuju destinasi pariwisata koordinasi dilakukan dengan Kementerian Perhubungan serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Untuk mengetahui apa saja yang akan dilakukan jajaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendongkrak kunjungan wisatawan ke Indonesia, reporter Koran Jakarta, Muhammad Zaki Alatas berkesempatan mewawancarai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, dalam beberapa kesempatan terpisah, di Jakarta, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya.

Saat menerima amanah untuk mengurus pariwisata, apa yang ada di pikiran Anda?

Saya melihat perlunya ada kreativitas untuk mengelola daya tarik wisata. Ini karena pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai core business bangsa Indonesia, sehingga ke depan harus dikelola lebih kreatif agar menghasilkan devisa serta dikunjungi wisatawan berkualitas.

Kreativitas tidak hanya dibutuhkan dalam mengelola produk ekonomi kreatif seperti film dan musik. Kreativitas juga diperlukan di sektor pariwisata, khususnya bagaimana membuat destinasi pariwisata memiliki daya tarik yang luar biasa.

Bisa diberikan contohnya?

Seperti destinasi ternama dunia yang dikunjungi banyak wisatawan karena dikelola secara kreatif sehingga memiliki daya tarik yang luar biasa. Contohnya even karnaval bunga Pasadena. Karnaval bunga rose terbesar dunia yang diselenggarakan di Pasadena, Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS) dalam menyambut pergantian tahun setiap 2 Januari tersebut memiliki daya tarik tinggi karena dikelola secara kreatif.

Kreativitas itu akan coba diterapkan di destinasi pariwisata kita?

Kami akan coba. Indonesia memiliki banyak calender of event (CoE). Ke depan kami pilih dan fokus beberapa saja namun memiliki daya tarik yang luar biasa agar banyak mendatangkan wisatawan. Terlebih lagi, kami memiliki alam yang menarik itu sebagai anugerah Tuhan. Tinggal bagaimana kreativitas kita untuk menjadikan sebagai daya tarik yang luar biasa agar dikunjungi wisatawan.

Bagaimana dengan rencana kerja ke depannya?

Dengan kolaborasi dua sektor yakni pariwisata dan ekonomi kreatif, kami memiliki tiga target. Pertama, pariwisata sebagai penghasil devisa nomor satu di Tanah Air. Kedua, produk ekonomi kreatif Indonesia menjadi terbaik di kawasan ASEAN.

Ketiga, menjadikan pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai sumber kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Menyatunya pariwisata dan ekonomi kreatif dalam satu kementerian (Kemenparekraf) atau badan (Baparekraf) menjadi kekuatan tersendiri karena kedua bidang tersebut saling mendukung.

Contoh kolaborasi tersebut seperti apa?

Sinergitas pariwisata dan ekonomi kreatif juga diwujudkan dalam mengembangkan restoran Indonesia di luar negeri. Restoran Indonesia di luar negeri tidak sekadar menjual makanan saja, namun menjadikan 'jendela' untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Indonesia. Ke depan pariwisata akan jauh lebih maju manakala didukung bidang kreatif atau sebaliknya.

Untuk itu, apakah SDM pariwisata yang ada sudah mencukupi?

Betul sekali, hal ini juga menjadi perhatian kami. Disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas di Istana Negara bahwa SDM menjadi kunci negara kita untuk bisa melompat.

Kami akan berupaya maksimal untuk menciptakan lapangan kerja sekaligus SDM pariwisata yang kompeten di bidangnya serta memiliki standar global. Yang nantinya ditempatkan SDM andal dalam bidang kepariwisataan pada bidang hospitality, daya tarik, dan destinasi, even, serta travel dan layanan transportasi.

Langkah apa saja yang akan dilakukan?

Dalam upaya menghasilkan SDM pariwisata yang andal, kami akan memaksimalkan keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yakni Politeknik Pariwisata dan Sekolah Tinggi Pariwisata yang berada di bawah naungan Kemenparekraf. Kami akan menerapkan pada UPT tersebut kurikulum berstandar global yakni mengacu pada Tedqual UNWTO atau kurikulum yang tersertifikasi Badan Pariwisata Dunia (UNWTO). Selain itu akan dilakukan berbagai program lain seperti kursus kewirausahaan pariwisata yang bekerja sama dengan industri serta membuka kelas internasional.

Untuk peningkatan SDM ini apakah menggandeng pihak industri?

Tentu saja, Kemenparekraf akan meningkatkan peran industri dan lembaga lain dalam meningkatkan SDM Pariwisata yang tersertifikasi. Ditargetkan hingga akhir tahun 2019 terdapat 500 ribu SDM pariwisata yang tersertifikasi.

Di sini kami juga akan terus memperkuat pelatihan-pelatihan sebagai bentuk kemitraan usaha masyarakat, seperti untuk bidang pemandu wisata, kuliner, dan homestay. Tenaga kerja yang digunakan akan dikembangkan dari daerah atau asal destinasi tersebut.

Terkait jumlah SDM pariwisata bagaimana?

Dalam pengembangan lima destinasi super prioritas yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo serta destinasi lain di Indonesia harus selaras dengan penciptaan lapangan kerja sekaligus pemenuhan SDM Pariwisata yang ditargetkan mencapai 13 juta pada 2020 dan meningkat hingga 15 juta di tahun 2024.

Beberapa waktu lalu, ada informasi yang mengatakan Anda akan mengubah Toba dan Bali ramah wisman muslim. Tangggapannya?

Ha...ha...ha. Terkait beredarnya pemberitaan di media yang berjudul Wishnutama dan Angela Bakal Sulap Toba dan Bali Ramah Wisman Muslim, dengan ini kami sampaikan bahwa kami tidak pernah mengeluarkan wacana wisata halal di Toba dan Bali serta mengeluarkan pernyataan sebagaimana yang diberitakan oleh sebuah media nasional. Akan "menyulap" Toba dan Bali sebagai destinasi wisata ramah wisman muslim.

Berita itu bisa dikatakan hoaks?

Kami menyesalkan jika pemberitaan mengenai hal tersebut telah mengundang polemik di kalangan masyarakat, termasuk para pelaku industri dan insan pariwisata di Tanah Air. Persepsi yang muncul atas pemberitaan tersebut juga sangat bertolak belakang dengan pandangan dan komitmen kami dalam menghargai budaya, kearifan lokal, dan keberagaman.

Untuk itu kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin ditimbulkan dan terima kasih kepada pihak media yang telah mengklarifikasi hal tersebut. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan respons dan tanggapan. Hal ini menjadi gambaran utuh bahwa pariwisata adalah bagian dan milik seluruh elemen bangsa.

Maksudnya bagaimana?

Pariwisata kita terbangun atas kearifan masyarakat dan budaya lokal pada tiap destinasinya, sehingga menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan. Ada keramahtamahan khas yang dirasakan para wisatawan dengan berbagai latar kultur dan agama.

Selama ini kami sangat meyakini bahwa budaya, kearifan lokal, dan kekayaan alam harus kita jaga, pelihara, dan kelola dengan baik agar pariwisata Indonesia selalu menciptakan daya tarik bagi wisatawan dan mendatangkan kesejahteraan rakyat. Harus diperhatikan bahwa pariwisata juga merupakan aktivitas universal, sehingga seluruh tempat wisata di Indonesia terbuka bagi seluruh wisatawan, apapun latar belakang agama, kepercayaan, dan kewarganegaraannya.

Bagaimana dengan langkah pengembangan pariwisata ke depan?

Fokus kami ke depan adalah mengembangkan destinasi wisata sesuai dengan kearifan budaya lokal sehingga pariwisata kita berdiri kokoh di atas fondasi kebudayaan. Kami menjunjung tinggi dan sangat meyakini bahwa kekayaan alam dan budaya nusantara yang kita miliki justru merupakan aset dan modal terbesar dalam mengembangkan sektor pariwisata sekaligus sebagai daya tarik pariwisata di masing-masing destinasi.

Untuk Bali dan Danau Toba bagaimana?

Kami selalu bangga dan mengagumi Bali sebagai sebuah role model pariwisata berbasis budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan toleransi sekaligus sebuah destinasi yang mampu merefleksikan harmoni dalam keberagaman. Demikian pula Toba sebagai destinasi wisata alam dengan kekayaan kultural yang amat tinggi dari masyarakatnya. Kami berharap sinergi dan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan terkait pariwisata dapat terus dikuatkan demi pariwisata yang maju dan menyejahterakan masyarakat.

Ada pesan khusus dari Presiden Joko Widodo?

Sesuai dengan arahan dan pesan Presiden Joko Widodo bahwa ekonomi kreatif harus memberikan manfaat pada masyarakat di daerah dan tidak melulu di kota-kota besar. Bahwa tidak hanya sekadar menjadi destinasi wisata baru, tapi juga menjadi ruang ekosistem untuk tumbuh, hidup, dan berkembangnya industri kreatif.

Harapan Anda terkait sektor pariwisata di Indonesia?

Saya berharap dan akan berupaya semaksimal mungkin agar masyarakat setempat di destinasi wisata dapat terlibat dan menerima dampak positif dari pembangunan pariwisata. Dengan begitu perekonomian masyarakat akan semakin membaik karena pariwisata dan industri kreatifnya.

N-3

Baca Juga: