Wisatawan asal Indonesia rupanya sangat gemar memanfaatkan gadget dan bergantung cukup banyak teknologi untuk menentukan perjalanan liburannya.
JAKARTA -- Wisatawan asal Indonesia rupanya sangat gemar memanfaatkan gadgetdan bergantung cukup banyak teknologi untuk menentukan perjalanan liburannya.
Fakta menarik itu didapati dari laporan bertajuk "SiteMinder's Changing Traveller Report 2023" yang diikuti oleh 10.000 wisatawan dari 12 negara termasuk 840 orang berasal dari Indonesia.
Riset yang berlangsung pada Juli 2023 itu mengungkap bahwa 97 persen wisatawan Indonesia memilih destinasi wisatanya berdasarkan rekomendasi media sosialnya.
"Dari sini terlihat bahwa wisatawa Indonesia cukup bergantung pada teknologi dan gadgetnya. Karena 97 persen saja menggunakan media sosial untuk menentukan destinasi wisatanya," kata Regional Vice President SiteMinder untuk Asia Pasifik Bradley Haines dalam konferensi pers, Selasa.
Angka tersebut melampaui cukup jauh tren wisatawan global yang hanya 70 persen menggunakan media sosial sebagai referensi tempat berlibur dan menghabiskan waktu luangnya.
Kelekatan antara wisatawan Indonesia dengan teknologi rupanya tidak berhenti sampai di level mencari referensi tapi juga sebanyak 73 persen wisatawan Indonesia membeli akomodasi liburannya lewat layanan Online Travel Agency (OTA).
Selain memberikan rasa nyaman tanpa perlu berbelit-belit membeli langsung di tempat berlibur, wisatawan Indonesia cenderung menggunakan teknologi karena dapat memudahkan proses "check in" yang biasanya memakan waktu cukup lama.
Pemanfaatan teknologi yang lekat pada wisatawan Indonesia juga tercermin dalam hal komunikasi dengan akomodasi, sebanyak 46 persen wisatawan Indonesia memilih solusi komunikasi melalui gawai.
Angka itu melebihi persentase wisatawan global yang hanya 32 persen menyukai komunikasi dengan akomodasi hanya lewatgadget. Justru wisatawan dari negara lainnya lebih menyukai komunikasi tatap muka.
Karakteristik wisatawan Indonesia dalam laporan tersebut tampaknya mirip dengan wisatawan asal India dan China yang cukup memiliki ketergantungan pada teknologi khususnya dalam merencanakan liburan.
Dalam laporan itu juga disebut bahwa wisatawan Indonesia saat ini memiliki ketertarikan untuk mencari liburan dengan pengalaman yang otentik dan tidak lagi mementingkan jumlah lokasi yang didatanginya.
Sebanyak 66 persen atau 2/3 responden asal Indonesia menyukai pengalaman yang kaya akan nilai kelokalan untuk menciptakan liburan berkesan.
Senior Business Development Manager Siteminder Indonesia Rio Ricaro lebih lanjut menjelaskan artinya wisatawan Indonesia tidak lagi mengejar jumlah lokasi yang didatangi untuk berlibur namun saat ini lebih mementingkan pengalaman lokal untuk membuat memori baru di liburannya.
"Mereka saat ini lebih memilih untuk mencari pengalaman otentik saat berlibur, berinteraksi dengan orang lokal saat berlibur atau menikmati seninya. Misalnya kalau ke Bali mereka mau menikmati tarian kecak mereka akan fokus mencari hiburan itu dan tidak mencari destinasi lain selain itu," kata Rio.
Dengan temuan tren baru itu, harapannya industri akomodasi dan wisata di Indonesia bisa semakin melek digital dalam bisnisnya sehingga bisa meraih peluang yang besar dari kebiasaan masyarakat yang saat ini semakin bergantung pada gawai.