JAKARTA - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mempercepat konstruksi pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung, setelah China Development Bank (CDB) mencairkan kredit tahap kedua sebesar 274,8 juta dollar AS atau setara dengan 3,84 triliun rupiah.

Direktur Utama Wijaya Karya, Tumiyana, mengatakan sebagai salah satu anggota Konsorsium Kontraktor Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (High Speed Railway Contractor Consortium/HSRCC), pencairan tahap kedua ini semakin menumbuhkan kepercayaan stakeholders pada proyek pembangunan transportasi kereta masa depan yang akan menghubungkan dua kota megapolitan, Jakarta dan Bandung.

"Tantangan ke depan adalah bagaimana WIKA sebagai bagian dari konsorsium dapat mendorong percepatan pembangunan kereta cepat secara tepat waktu, tepat mutu dan biaya," kata Tumiyana di Jakarta, Selasa (4/9). Dari total pencairan tahap kedua tersebut, 60 persen di antaranya atau sebesar 165,2 juta dollar AS dialokasikan sebagai pelunasan uang muka kepada EPC Kontraktor dalam hal ini HSRCC.

Sebelumnya pihak CDB telah memberikan pinjaman perdana sebesar 170 juta dollar AS pada akhir April lalu. Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Chandra Dwiputra, menyampaikan dengan pencairan ini diharapkan akselerasi pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung oleh HSRCC dapat segera menghasilkan progres yang signifikan.

"Dengan selesainya pelunasan uang muka ini, kami meyakini dapat mempercepat akselerasi pekerjaan dan untuk selanjutnya pembayaran dilakukan berdasarkan progress pekerjaan," tutur Chandra. Percepatan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menghadirkan optimisme pertumbuhan moda transportasi moderen.

Proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini ditargetkan rampung pada Juni 2021. Lingkup pekerjaan Perseroan dalam Konsorsium Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah pekerjaan subgrade, fondasi, struktur dan arsitek. Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menghubungkan empat stasiun yaitu Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar Bandung sepanjang 142,3 Km.

WIKA sebagai emiten konstruksi pelat merah, selain bertindak sebagai kontraktor, turut berperan sebagai pemegang saham pada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan sebesar 38 persen. Sedangkan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebesar 25 persen, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII sebesar 25 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 12 persen. Adapun PSBI bersama Beijing Yawan HSR Co. Ltd masing-masing memiliki 60 persen dan 40 persen saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

yni/AR-2

Baca Juga: