Untuk mengatasi salah satu varian XBB yang saat ini dominan, WHO merekomendasikan vaksin baru Covid- 19.

JENEWA - Tim Penasihat Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada Kamis (18/5) merekomendasikan agar vaksin penguat (booster) Covid-19 tahun ini diperbarui untuk menargetkan salah satu varian XBB yang saat ini dominan.

Dikutip dari The Straits Times, formulasi vaksin baru harus untuk menghasilkan respons antibodi terhadap varian XBB.1.5 atau XBB.1.16.

Tim Penasihat menambahkan bahwa formulasi atau platform lain yang mencapai respons antibodi penawar terhadap garis keturunan XBB juga dapat dipertimbangkan.

"Disarankan tidak lagi memasukkan galur Covid-19 asli dalam vaksin masa depan.

Berdasarkan data bahwa virus asli tidak lagi beredar pada manusia dan suntikan yang menargetkan galur tersebut menghasilkan antibodi penawar tingkat yang tidak terdeteksi atau sangat rendah terhadap varian yang beredar saat ini," kata tim.

Produsen vaksin Covid-19 seperti Pfizer/BioNtech, Moderna, dan Novavax sudah mengembangkan versi vaksin masing-masing yang menargetkan XBB.1.5 dan strain lain yang saat ini beredar.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA) juga akan mengadakan pertemuan para ahli luar pada Juni untuk membahas komposisi regangan vaksin Covid- 19 untuk tahun 2023 nanti.

Produsen vaksin diharapkan untuk memperbarui vaksin setelah strain dipilih.

Vaksin booster bivalen yang dikembangkan dan didistribusikan pada 2022 menargetkan dua jenis yang berbeda, varian Omicron serta virus aslinya.

Terus Digunakan

Kelompok penasihat WHO, yang merekomendasikan jika diperlukan perubahan pada komposisi suntikan Covid-19 di masa mendatang, mengatakan vaksin yang saat ini disetujui harus terus digunakan sesuai dengan rekomendasi badan tersebut.

Pada akhir Maret, WHO telah merevisi rekomendasi vaksinasi Covid-19 dan menyarankan anak-anak dan remaja yang sehat mungkin tidak memerlukan suntikan, tetapi kelompok yang lebih tua dan berisiko tinggi harus mendapatkan suntikan ulang antara enam dan 12 bulan setelah vaksin terakhir mereka.

Rekomendasi terbaru muncul sekitar dua minggu setelah WHO mengakhiri status darurat global untuk Covid-19.

Sebelumnya, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pandemi Covid-19 tidak lagi merupakan Darurat Kesehatan Masyarakat yang menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), yang merupakan tingkat kewaspadaan tertinggi WHO.

WHO pertama kali menetapkan status siaga tertinggi untuk Covid-19 pada 30 Januari 2020, dan panel pakar kesehatan global terus menerapkan label tersebut sejak saat itu, dalam pertemuan yang digelar setiap tiga bulan sekali.

Pertemuan para pakar itu terakhir digelar pada Kamis (4/5).

"Kemarin, Komite Darurat bertemu untuk kali ke-15 dan merekomendasikan kepada saya agar saya mendeklarasikan berakhirnya Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (untuk Covid- 19)," ungkap Tedros.

"Saya telah menerima saran itu.

Oleh karena itu, dengan harapan besar, saya menyatakan bahwa Covid-19 telah berakhir sebagai keadaan darurat kesehatan global," tambah Tedros.

Angka kematian setiap pekan yang dilaporkan mencapai titik terendah sejak pandemi dimulai, dan di sebagian besar negara, kehidupan telah kembali "normal," kata Tedros sebelumnya dalam laporan WHO.

Pada Maret 2020, WHO mengklasifikasikan Covid-19 sebagai pandemi saat virus korona baru terus menyebar ke seluruh dunia.

Hingga 3 Mei 2023, terdapat lebih dari 765 juta kasus terkonfirmasi Covid-19 di seluruh dunia, termasuk lebih dari 6,9 juta kematian, yang dilaporkan kepada WHO, menurut statistik badan PBB tersebut.

"Penurunan tingkat kewaspadaan bukan berarti Covid- 19 telah berakhir sebagai ancaman kesehatan global," ujarnya.

Ia hadir bersama dengan para pejabat senior WHO yang bertanggung jawab atas program kedaruratan, isu-isu teknis terkait Covid-19, koordinasi kewaspadaan dan respons, vaksin imunisasi dan biologi, kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi.

Dalam laporannya mengenai kesiapsiagaan dan respons, WHO meminta semua negara untuk beralih dari aktivitas tanggap darurat kritis mereka ke pencegahan, pengendalian, dan pengelolaan penyakit Covid- 19 yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

"Ketika pandemi Covid-19 memasuki tahun keempat, kita memiliki banyak alasan untuk tetap berharap," kata Tedros dalam laporan tersebut.

SB/ST/N-3

Baca Juga: