COPENHAGEN - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Jumat (2/7) mengatakan bahwa tes Covid-19 harus dilakukan di sekolah, bahkan ketika tidak ada kasus yang terdeteksi, untuk menghindari efek berbahaya dari pembelajaran jarak jauh.

Skrining di sekolah sebelumnya hanya direkomendasikan jika sekelompok kasus virus korona telah diidentifikasi, tetapi WHO sekarang percaya PCR atau tes antigen cepat harus diberikan bahkan tanpa adanya gejala di antara para siswa dan staf pengajar.

"Bulan-bulan musim panas menawarkan peluang yang berharga bagi pemerintah untuk menerapkan serangkaian tindakan yang tepat yang akan membantu menjaga tingkat infeksi turun dan menghindari penutupan sekolah," kata Hans Kluge, direktur regional WHO untuk Eropa, dalam sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan UNICEF dan UNESCO.

Dia menambahkan bahwa menutup sekolah seperti yang telah kita saksikan, memiliki efek berbahaya pada pendidikan, kesejahteraan sosial dan mental anak-anak dan remaja. "Kita tidak bisa membiarkan pandemi merampas pendidikan dan perkembangan anak-anak," kata Kluge yang telah berulang kali menyerukan negara-negara di wilayah cakupan WHO di Eropa untuk mengatasi tingkat putus sekolah dan dampak kesehatan yang terkait dengan pembelajaran jarak jauh.

Wilayah cakupan WHO di Eropa terdiri atas 53 negara dan wilayah yang juga meliputi beberapa negara di Asia Tengah.

Bagi badan-badan PBB, penutupan sekolah harus dianggap hanya sebagai upaya terakhir, ketika terjadi ledakan kasus yang tidak dapat dikendalikan dengan tindakan lain.

Waspadai "Euro 2020"

Terkait dengan tindak antisipasi terhadap potensi lonjakan Covid-19, WHO pada Kamis (1/7) telah menyerukan pemantauan yang lebih baik terhadap pertandingan sepak bola Euro 2020 ketika infeksi Covid meningkat lagi di Eropa didorong oleh munculnya virus varian Delta yang mematikan di seluruh dunia.

Ratusan kasus telah terdeteksi di antara penonton yang menghadiri pertandingan Euro di seluruh benua, dengan kasus penularan virus varian Delta terdeteksi di Copenhagen, dan pendukung dari Skotlandia dan Finlandia yang terinfeksi setelah menyaksikan pertandingan di London dan Saint Petersburg.

"Akan ada gelombang baru di wilayah cakupan WHO di Eropa kecuali jika kita tetap disiplin," kata Kluge.

Kluge juga melaporkan bahwa wilayah tersebut telah mengalami peningkatan 10 persen dalam kasus infeksi selama sepekan terakhir, dan peningkatan itu didorong oleh peningkatan berkumpulnya massa, perjalanan, pertemuan, dan pelonggaran pembatasan sosial.

Situasi wabah di Eropa diperparah dengan diluncurkannya paspor Covid-19 Uni Eropa (UE) dimana paspor ini akan memudahkan warga UE untuk melakukan perjalanan ke negara anggota UE lainnya yang jumlahnya 27 negara.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan AFP, saat ini virus korona telah menewaskan lebih dari 3,9 juta orang di seluruh dunia. Walau vaksinasi telah dilakukan terhadap 3 miliar populasi di dunia, namun kampanye vaksinasi itu semakin memperluas jurang ketidaksetaraan antarnegara. n AFP/I-1

Baca Juga: