Pandemi Korona

JENEWA - Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis (6/8) menyatakan penentangan terhadap aspek "nasionalisme vaksin" dan memperingatkan negara-negara maju yang akan memonopoli vaksin, tidak akan pernah aman dari penularan virus Covid-19 jika negara-negara miskin masih dilanda wabah mematikan itu.

Ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan negara-negara maju berkepentingan untuk memastikan bahwa setiap vaksin yang pada akhirnya diproduksi, akan dibagikan secara global.

"Nasionalisme vaksin tidak baik karena hal itu tidak akan membantu kami," kata Tedros dalam pertemuan daring Aspen Security Forum di Amerika Serikat (AS). "Agar dunia pulih lebih cepat, maka harus pulih secara bersama, karena ini adalah dunia yang terglobalisasi seperti ekonomi yang saling terkait. Sebagian dunia atau beberapa negara saja tak dapat menjadi tempat berlindung yang aman atau pulih dengan sendirinya," tutur dia.

Diterangkan pula oleh Tedros bahwa kerusakan akibat Covid-19 bisa berkurang ketika negara-negara yang memiliki dana berkomitmen untuk upaya pemberantasan wabah. Tedros pun mengatakan bahwa keberadaan wabah tersebut tetap membawa dampak kesehatan dan ekonomi di manapun.

"Aspek nasionalisme vaksin berarti tidak beramal kepada orang lain. Mereka melakukannya untuk diri mereka sendiri. Ketika seluruh dunia pulih dan kembali membuka diri, mereka juga akan mendapat manfaatnya," tegas Tedros.

Dalam pertemuan daring itu, Tedros juga mengatakan bahwa saat ini kawasan Amerika tetap menjadi episentrum virus, merujuk pada negara AS, Brasil, dan Meksiko yang paling banyak mengalami kematian.

Presiden AS, Donald Trump menyalahkan WHO karena telah salah dalam menangani wabah ini sehingga berkembang menjadi pandemi global. Karena itu, AS bulan lalu menyatakan akan keluar dari WHO dan ini akan berakibat lembaga itu kehilangan sumber dana terbesarnya.

Menanggapi hal itu Tedros mengatakan bahwa masalah terbesar dengan keluarnya AS bukanlah masalah uang akan tetapi patahnya solidaritas internasional dalam memerangi virus. "Kami berharap AS akan mempertimbangkan kembali putusannya," kata dia.

Pencarian Kandidat

Pada bagian lain, pihak WHO juga mengatakan bahwa berbagai jenis vaksin kemungkinan akan diperlukan untuk memerangi Covid-19. Saat ini, setidaknya ada 26 kandidat vaksin sedang dalam berbagai tahap untuk diuji pada manusia, dengan 6 kandidat yang telah sampai pada uji klinis fase 3 yang lebih luas.

"Fase 3 tidak berarti hampir ditemukan (vaksin yang ampuh)," kata Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan. "Tahap 3 berarti untuk pertama kalinya vaksin ini dimasukkan ke dalam populasi umum, ke individu yang sehat, untuk melihat apakah vaksin akan melindungi mereka dari infeksi alami," terang dia.

Dalam keterangannya, Ryan mengatakan bahwa WHO memiliki rangkaian kandidat produk yang bagus di sejumlah platform berbeda dan di sejumlah negara berbeda, yang juga menggunakan metode pendekatan berbeda untuk memberikan kekebalan.

"Tidak ada jaminan bahwa salah satu dari keenam kandidat vaksin ini akan memberi kami jawaban (bagi mengatasi wabah), dan kami mungkin akan membutuhkan lebih dari satu vaksin untuk tugas itu," tutur Ryan.

Berdasarkan data resmi yang dikumpulkan AFP, virus Covid-19 telah menewaskan lebih dari 708.000 orang dan menginfeksi lebih dari 18,8 juta orang sejak wabah itu pertama kali muncul di Tiongkok pada Desember lalu. SB/AFP/I-1

Baca Juga: