WHO mengecam rencana sejumlah negara untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19 penguat (booster) karena masih belum ada cukup bukti ilmiah dan ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin.

JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Rabu (18/8) mengecam langkah tergesa-gesa negara-negara kaya yang berencana akan memberikan suntikan vaksin Covid-19 penguat (booster), sementara masih ada jutaan orang di seluruh dunia belum menerima satu dosis pun.

Para pakar WHO bersikeras bahwa pemberian booster belum diperlukan karena belum ada cukup bukti ilmiah. "Memberi mereka (suntikan booster) sementara begitu banyak orang yang masih menunggu untuk diimunisasi adalah tidak bermoral," kata pakar WHO.

Kecaman itu dilontarkan sebelum otoritas di Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa semua warga AS yang telah divaksinasi akan menerima dosis tambahan.

"Mereka berencana untuk membagikan jaket pelampung tambahan kepada orang-orang yang sudah memiliki jaket pelampung, sementara membiarkan orang lain tenggelam tanpa satu jaket pelampung pun," kata Direktur Kedaruratan WHO, Mike Ryan, dalam konferensi pers di markas besar badan PBB di Jenewa.

Awal bulan ini, WHO menyerukan moratorium pemberian suntikan vaksin Covid-19 tambahan untuk membantu meringankan ketidaksetaraan yang amat drastis dalam distribusi dosis antara negara kaya dan miskin.

"Yang pasti adalah pentingnya seseorang untuk mendapatkan dosis pertama untuk melindungi yang mereka yang paling rentan sebelum pemberian booster diluncurkan," kata Dirjan WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada konferensi pers Rabu lalu.

"Ketidakadilan vaksin adalah hal yang memalukan bagi seluruh umat manusia dan jika kita tidak mengatasinya bersama-sama, kita akan memperpanjang tahap akut pandemi ini selama bertahun-tahun padahal sebenarnya kita bisa mengakhirinya dalam hitungan bulan," imbuh Tedros.

Lanjutkan Rencana

Namun hal itu tak menghentikan sejumlah negara melanjutkan rencana untuk memberikan suntikan booster dengan alasan untuk mencegah lonjakan Covid-19 varian Delta.

Sebelumnya pihak berwenang AS, yang memperingatkan bahwa kemanjuran vaksinasi Covid-19 menurun dari waktu ke waktu, mengatakan pada Rabu (18/8) bahwa mereka telah mengizinkan pemberian suntikan booster untuk semua warga AS mulai 20 September. AS akan memberikan suntikan penguat sekitar delapan bulan setelah seseorang mendapatkan dosis kedua dari vaksin jenis mRNA buatan Pfizer dan Moderna.

Selain WHO, keputusan AS untuk memberikan suntikan booster juga dikecam oleh organisasi kemanusiaan seperti The ONE Campaign.

"Keputusan pemerintahan AS untuk mengesahkan suntikan tambahan untuk semua warganya mengancam akan memperlebar kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin," kata Sarah Swinehart, Direktur Senior Komunikasi dari organisasi The ONE Campaign Amerika utara.

"Fakta bahwa AS dan negara-negara kaya lainnya membutuhkan suntikan penguat adalah tanda kegagalan dunia untuk memiliki rencana global guna mengakhiri virus ini," tambah organisasi itu.

Adapun negara yang akan memberikan suntikan booster selain AS yaitu Israel.AFP/VoA/I-1

Baca Juga: