JENEWA - Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada Kamis (25/8), mengatakan, jumlah kasus baru cacar monyet secara global turun sebesar 20 persen pada minggu lalu, tetapi jumlah kasus baru meningkat di Benua Amerika. WHO mengatakan masih ada "penularan yang cukup intens" dari penyakit itu.

Dalam jumpa pers di kantor pusat badan tersebut di Jenewa, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, terdapat tanda-tanda bahwa wabah cacar monyet telah melambat di Eropa. Ia menghargai kombinasi langkah-langkah kesehatan masyarakat yang efektif, perubahan perilaku dan vaksinasi.

Tetapi Tedros mengatakan hal sebaliknya justru terjadi di Amerika, khususnya di wilayah Amerika Latin, di mana tidak memadainya kesadaran masyarakat atau langkah-langkah kesehatan masyarakat, digabung dengan kurangnya akses untuk mendapatkan vaksin, ikut "mendorong perebakan wabah cacar monyet".

Seperti dikutip dari VoA, Tedros mengatakan, pada tahap awal sebagian besar wabah cacar monyet dilaporkan terjadi di Eropa, dengan proporsi yang lebih kecil tercatat di Amerika. "Tetapi sekarang terbalik, dengan kurang dari 40 persen kasus yang dilaporkan terjadi di Eropa dan 60 persem (kasus) justru (tercatat) di Amerika," ujarnya.

Dia menambahkan produsen obat Denmark, Bavarian Nordic, pada Rabu (24/8), telah menandatangani perjanjian dengan afiliasi WHO, Pan-American Health Organization, untuk mendukung akses terhadap vaksin cacar monyet untuk didistribusikan di Amerika Latin dan Karibia.

Tedros mencatat minggu ini, secara global, dunia melewati tonggak tragis lainnya yaitu satu juta kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan pada tahun 2022.

"Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita sedang belajar untuk hidup dengan Covid-19ketika satu juta orang telah meninggal akibat penyakit ini pada tahun ini saja, sementara kita memiliki semua piranti yang diperlukan untuk mencegah kematian ini," ujarnya.

"Semua agar negara memperkuat upaya mereka untuk memvaksinasi semua petugas kesehatan, orang tua, dan orang lain yang berisiko tinggi sehingga cakupan vaksin untuk seluruh populasi di dunia mencapai 70 persen," pungkas Tedros.

Baca Juga: