Pemberian vaksin Covid-19 dosis ketiga jadi modal penting dalam melindungi warga dari munculnya subvarian baru.

JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), pada Rabu (20/10), mengatakan masih terlalu dini untuk mencabut peringatan tingkat tertinggi untuk krisis Covid-19. Pandemi Covid-19 tetap menjadi darurat kesehatan global meskipun ada kemajuan baru-baru ini.

Dikutip dari The Straits Times, komite darurat WHO untuk Covid-19, bertemu minggu lalu dan menyimpulkan pandemi masih merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional atau public health emergency of international concern (PHEIC), status yang dinyatakan pada Januari 2020.

Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan setuju dengan saran komite. "Komite menekankan perlunya memperkuat pengawasan dan memperluas akses ke tes, perawatan, dan vaksin bagi mereka yang paling berisiko," katanya, berbicara dari markas besar badan kesehatan PBB di Jenewa.

WHO pertama kali menyatakan wabah Covid-19 sebagai PHEIC pada 30 Januari 2020, ketika, di luar Tiongkok, kurang dari 100 kasus dan tidak ada kematian yang dilaporkan.

Meskipun mekanisme yang disepakati secara internasional untuk memicu respons internasional terhadap wabah semacam itu, baru pada bulan Maret, ketika Tedros menggambarkan situasi yang memburuk sebagai pandemi, banyak negara menyadari bahayanya.

Sejak awal pandemi Covid-19, lebih dari 622 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi telah dilaporkan ke WHO dan lebih dari 6,5 juta kematian, meskipun angka-angka itu diyakini terlalu rendah.

Menurut dasbor situasi global WHO, 263.000 kasus baru dilaporkan dalam 24 jam sebelumnya, sementara 856 kematian Covid-19 baru telah dilaporkan dalam seminggu terakhir.

Virus Terus Berubah

Tedros mengakui pada Rabu "situasi global jelas telah membaik sejak pandemi dimulai", tetapi dia memperingatkan bahwa "virus terus berubah dan masih ada banyak risiko dan ketidakpastian".

"Pandemi telah mengejutkan kami sebelumnya dan sangat mungkin terjadi lagi," ujar dia.

Pemimpin teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, setuju untuk memperingatkan masih ada "jutaan kasus yang dilaporkan setiap minggu, tetapi pengawasan kami telah menurun". Ini mempersulit untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang situasi dan terutama tentang bagaimana virus bermutasi.

Dia menekankan "semakin banyak virus ini beredar, semakin banyak peluang yang dimilikinya untuk berubah".

Varian Omicron pada dasarnya mencakup semua sampel virus yang diurutkan, dengan lebih dari 300 subgaris keturunan dari varian tersebut yang tercatat.

"Semua subvarian Omicron menunjukkan peningkatan transmisibilitas dan sifat lolos kekebalan," kata Van Kerkove, menambahkan satu kombinasi baru dari dua subvarian berbeda menunjukkan "penghindaran kekebalan yang signifikan".

"Ini menjadi perhatian karena kami perlu memastikan vaksin yang digunakan di seluruh dunia tetap efektif untuk mencegah penyakit parah dan kematian," katanya.

Mengingat penyebaran luas subvarian Omicron baru, Van Kerkhove menekankan negara-negara perlu berada dalam posisi untuk melakukan pengawasan untuk menangani peningkatan kasus dan mungkin menangani peningkatan rawat inap. "Kita harus tetap waspada," tegasnya.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menekankan pemberian vaksin Covid-19 dosis ketiga atau penguat menjadi modal penting dalam melindungi warga Indonesia dari munculnya subvarian baru.

Baca Juga: