Langkah mitigasi terhadap ancaman El Nino perlu dilakukan produsen pangan dan stakeholder terkait guna menjaga produktivitas pangan.

JAKARTA - Pemerintah mengingatkan produsen pangan untuk mewaspadai serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) selama berlangsungnya cuaca ekstrem. Karena itu, upaya mitigasi perlu dilakukan guna mengamankan produksi sehingga ketahanan pangan dapat terjaga.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, menyampaikan dalam kondisi iklim ekstrem ini, diharapkan tim pengendali OPT melakukan peramalan dan pemetaan daerah yang menjadi ancaman hama, seperti wereng, daerah hama tikus dan kresek.

"Setelah dilakukan peramalan terhadap OPT, dilakukan langkah-langkah antisipasi dini atau early warning system. Jadi, bertindak sebelum terjadi," ungkapnya dalam kegiatan bimbingan teknis (bimtek) peramalan OPT di Jakarta, Selasa (2/5).

Kemudian, lanjut Suwandi, diperlukan pemetaan daerah-daerah langganan serangan OPT. Selain itu, produsen pangan perlu memantau terus data-data dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Tak hanya itu, produsen pangan perlu menggunakan benih tahan kekeringan dan memakai pupuk organik dan pestisida alami. Terakhir, petani membutuhkan asuransi usaha tani padi (AUTP) sehingga meminimalkan risiko.

Ketua Departemen Proteksi Tanamam, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Ali Nurmansyah, mengatakan jika peramalan OPT dilakukan secara akurat, dapat memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan dan penyebaran hama dan penyakit pada ruang dan waktu yang akan datang. Hasil peramalan tersebut juga bisa menjadi dasar untuk menyusun strategi dan teknik pengelolaan atau penanggulangan hama dan penyakit yang efektif dan efisien.

"Selain itu, hasil peramalan OPT dapat bermanfaat memperkecil risiko berusaha tani karena populasi setangan hama dan penyakit dapat ditekan, tingkat produkuktivitas tanaman pada taraf tinggi (menguntungkan), dan aman terhadap lingkungan," ungkap Ali Nurmansyah.

Dia menambahkan peramalan OPT dapat dengan metode kualitatif dan kuantitatif, tetapi dengan metode kualitatif itu tidak bisa dilakukan semua orang karena perlu keahlian khusus dan pengalaman, sedangkan metode kuantitatif semua orang relatif bisa melakukan baik petani maupun kita semua bisa melakukan.

Rangkum Prediksi

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, menjelaskan iklim di Indonesia dipengaruhi berbagai fenomena, seperti Enso (La Nina/ El Nino), serta peristiwa interaksi darat dan laut yang bersumber di Samudra Pasifik melalui sirkulasi udara dan laut.

"Enso itu ada fenomena La Nina dan El Nino keduanya sudah kita kenali dampaknya di Indonesia. Kalau La Nina mengakibatkan curah hujan lebih banyak di wilayah Indonesia, dan sebaliknya, pada saat El Nino kita akan kekurangan hujan atau kemarau berkepanjangan," jelas Dodo.

Dia menyampaikan BMKG telah merangkum prediksi Enso dari berbagai sumber dengan berbagai metode, dan hasil rangkuman BMKG di antaranya Indeks Enso pada Desarian II April 2023 sebesar 0.092 menunjukkan kondisi netral, BMKG memprediksi Enso akan tetap netral setidaknya hingga pertengahan 2023, sedangkan pusat iklim dunia memprediksi kondisi Enso Netral menuju El Nino pada smester II-2023.

Baca Juga: