JAKARTA - Pemerintah memperingatkan ancaman fenomema El Nino yang diprediksikan terjadi pada Agustus mendatang. Karenanya, semua pihak, termasuk kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah (pemda) perlu bersiap melakukan upaya mitigasi menghadapi El Nino.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut berdasarkan pengalaman pada 2015 yang terjadi di Indonesia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan meluas, kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran tersebut berdampak pada penurunan produksi pertanian dan pertambangan serta berkontribusi memacu inflasi.

"Saya meminta seluruh K/L terkait juga pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino," katanya dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan yang dikutip di Jakarta, Rabu (26/4).

Luhut mengungkapkan suhu di beberapa daerah belakangan ini terasa begitu tinggi. Bahkan, di sejumlah daerah suhu udara sempat berada di atas 30 derajat celcius.

Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah akhirnya telah berakhir. Sebagai gantinya, El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering.

Berdasarkan data yang dihimpun, suhu laut juga telah mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada 2016. Belum lagi gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini.

"Dari pemodelan cuaca yang kami dapatkan El Nino diprediksi akan terjadi pada Agustus 2023 meski ketidakpastian tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi," ungkapnya.

Dampak Inflasi

Luhut pun menyebut dampak luas El Nino terhadap inflasi Indonesia karena besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan. Hal ini terjadi karena diperkirakan 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrim di tahun tersebut.

Data World Food Programme bahkan menyebut bahwa 3 dari 5 rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan, dan 1 dari 5 rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan. "Untuk itu, kami akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun," kata Luhut.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa memperingatkan dampak perubahan iklim El Nino dapat mempengaruhi produksi pangan di dalam negeri. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, lanjut dia, El Nino terbukti telah menurunkan produksi padi sekitar 1-5 juta ton.

Baca Juga: