Pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan seiring ancaman krisis pangan.

JAKARTA - Indonesia jangan sampai seperti krisis pangan di Ethiopia utara, sebab Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Badan Kemanusiaan telah mengalokasikan 17 juta dollar AS untuk membantu meringankan krisis kelaparan sebagai dampak El Nino di negara tersebut.

Peneliti Ekonomi Celios, Nailul Huda, mengatakan Indonesia harus waspada terhadap risiko krisis pangan, terutama terkait stok pangan dalam negeri. "Jangan sampai terjadi kelangkaan stok sehingga menimbulkan gejolak harga dalam negeri," tegasnya kepada Koran Jakarta, Kamis (29/2).

Huda menekankan manajemen stok barang harus bisa menjadi senjata pemerintah untuk bisa mengontrol harga. Kedua, sumber air untuk pertanian harus digarap dengan tepat dan cepat. Karena itu, pembangunan embung air untuk sawah harus dikebut.

"Modifikasi cuaca juga bisa dilakukan di daerah-daerah penghasil padi yang mempunyai intensitas hujan rendah," tambahnya.

Berbagai langkah manajemen stok dan penguatan produksi tersebut bisa menjadi kebijakan efektif pemerintah.

Seperti diketahui, Badan Kemanusiaan PBB, Selasa (27/2), mengalokasikan 17 juta dollar AS atau sekitar 266,13 miliar rupiah untuk membantu meringankan krisis pangan dan kelaparan di Ethiopia utara.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Martin Griffiths dari Dana Tanggap Darurat Pusat atau Central Emergency Response Fund (CERF) yang mencerminkan keprihatinan mendalam atas dampak kekeringan akibat El Nino yang mempengaruhi wilayah Afar, Amhara, dan Tigray.

"Kerawanan pangan akan semakin parah dalam beberapa bulan ke depan," ungkap Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB atau OCHA.

Saat kekeringan baru makin intensif, lebih dari 10 juta orang di seluruh Ethiopia diperkirakan akan membutuhkan bantuan pangan selama musim paceklik yang akan berlangsung pada Juli hingga September.

Badan Kemanusiaan PBB menyebut kekeringan sebelumnya dan konflik yang sedang berlangsung terus menimbulkan dampak. Hal itu diperparah dengan banjir yang diperkirakan akan membawa kesulitan lebih lanjut.

Berkat kemurahan hati dan upaya mereka bagi pemerintah Ethiopia, sekitar 6,6 juta orang telah dijangkau bantuan pangan dan uang tunai. Meski demikian, OCHA menegaskan masih banyak sumber daya yang sangat diperlukan.

Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan respons pangan dan nonpangan kemanusiaan di seluruh Ethiopia, Badan Kemanusiaan PBB bersama pemerintah Ethiopia, Senin (26/2), meluncurkan permohonan permintaan dana sebesar 3,24 miliar dollar AS guna memenuhi kebutuhan 15,5 juta orang yang butuh bantuan tahun ini.

Diimbau Tenang

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengimbau masyarakat tak perlu khawatir terhadap kenaikan harga beras dan stok beras. Menurutnya, saat ini harga mulai stabil dan normal kembali karena pasokan beras di Pasar Induk Johar Karawang mulai masuk dari Jawa Tengah yang mulai panen raya.

"Masyarakat tak perlu khawatir, kini harga mulai normal dan stabil. Harga beras premium yang kemarin sempat tembus 17 ribuan rupiah saat ini bertahap mulai turun dan kembali ke harga di kisaran 14 ribuan rupiah. Begitu juga beras medium harga mulai stabil," kata Bayu di Jakarta, Rabu (28/2).

Bayu menjelaskan harga beras kadang naik lantas normal kembali itu sebenarnya sudah menjadi siklus tahunan. Hanya saja tahun ini memang panen agak mundur karena faktor alam.

Selain faktor alam El Nino, Bayu juga menyinggung soal kebutuhan pupuk petani yang mahal. Hal itu juga mempengaruhi produktivitas padi karena tidak semua kebutuhan pupuk petani terpenuhi.

Baca Juga: