Subvarian terbaru Covid-19 XBB.1.16 atau varian Arcturus menjadi sorotan belakangan ini. Sebab, varian tersebut menyebabkan peningkatan kasus di sejumlah negara.

Varian Arcturus juga memiliki khas yakni membuat sejumlah orang mengalami mata merah. GEjala tersebut tidak ditemukan pada jenis virus corona sebelumnya.

Profesor penyakit menular di Vanderbilt University di Tennessee William Schaffner, M.D., mengatakan, varian Arcturus memiliki satu mutasi tambahan pada protein spike dibandingkan dengan XBB.1.5. Mutasi dilaporkan membuat varian baru jauh lebih menular daripada jenis lainnya. Ditambah lagi, varian ini juga memiliki manifestasi klinis baru berupa konjungtivitis atau mata merah.

"Ini lebih mungkin daripada varian Omicron lainnya untuk menghasilkan demam, dan menghasilkan konjungtivitis (mata merah), terutama pada anak-anak. Sejauh ini, mata merah tampak bertahan beberapa hari hingga seminggu," kata Schaffner, dikutip dari Medical Daily, Kamis (20/4).

Konjungtivitis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan konjungtiva yakni lapisan tipis dan transparan dari jaringan yang menutupi bagian putih mata, menurut American Optometric Association. Ada tiga penyebab umum mata merah yaitu alergi, infeksi, dan bahan kimia. Kemerahan yang ringan sering disertai dengan rasa gatal dan adanya cairan bening.

Schaffner meragukan mata merah bisa menjadi cara utama penyebaran Covid-19. Tetapi dia mengingatkan bahwa virus dapat sampai ke ujung jari dan menjadi lebih menular, maka hal ini dapat menyebabkan lebih banyak penularan, terutama pada anak-anak.

"Jika mata Anda merah, gatal, dan menurut Anda itu alergi atau hanya pilek, lakukan tes COVID-19 untuk memastikannya," ujar Komisaris Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago Dr. Allison Arwady kepada NBC5.

Baca Juga: