Saat ini, Covid varian Lambda jadi virus corona varian terbaru di tengah lonjakan kasus Corona di seluruh dunia. Varian terbaru ini dikenal juga dengan nama resmi C37.

Varian Lambda adalah varian corona terbaru yang telah diselidiki oleh WHO. Varian ini pertama kali teridentifikasi di Peru dan diyakini telah menyebar ke 29 negara.

Varian Lambda menambah daftar varian baru yang sebelumnya sudah dikenal banyak orang, yakni Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Bahkan varian Delta, yang diketahui cepat menular, kini memasuki Indonesia dan menjadi salah satu faktor drastisnya angka infeksi baru.

Menurut Public Health England (PHE), hingga saat ini tidak ada bukti varian Lambda dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah. Gejalanya serupa dengan virus Corona penyebab Covid-19 lainnya, seperti demam tinggi, batuk secara terus-menerus, dan kehilangan indra penciuman atau perasa.

"Ada kemungkinan bahwa itu menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi, tetapi kami belum memiliki cukup data yang dapat diandalkan untuk membandingkannya dengan varian Gamma atau Delta," ucap ahli virologi WHO Jairo Mendez-Rico, dikutip dari DW.

Varian Lambda telah dikategorikan sebagai Variant of Interest (VoI). Namun menurut ahli varian ini memiliki potensi menjadi Variant of Concern (VoC).

Baru-baru ini seorang peneliti Jepang menyebutkan bahwa varian Lambda pertama kali teridentifikasi di Peru lebih resisten terhadap vaksin ketimbang versi asli virus Corona yang terdeteksi pertama kali di Wuhan China.

Dalam percobaan laboratorium, para peneliti menemukan tiga mutasi pada spike protein varian Lambda yaitu RSYLTPGD246-253N, 260 L452Q, dan F490Q yang membuat varian tersebut mampu melawan netralisasi antibodi dari vaksin.

Mengutip The West Australia, ia menyimpulkan dua mutasi tambahan yaitu T76I dan L452Q, membantu varian Lambda menjadi sangat menular.

Dalam sebuah makalah yang dipublikasi di bioRxiv tetapi belum peer-reviewed, para peneliti memperingatkan penetapan varian Lambda hanya sebagai Variant of Interest, bukan sebagai Variant of Concern.

Ini membuat umat manusia tidak menyadari akan adanya ancaman yang serius dari varian ini.

Meski demikian, peneliti senior dari Universitas Tokyo Kei Sato mengatakan sampai saat ini belum jelas apakah varian Lambda ini lebih berbahaya dari varian Delta. Namun, bukan tidak mungkin ke depan bisa menjadi ancaman.

"Lambda dapat menjadi ancaman potensial bagi manusia," kata Kei Sato.

Perlu diketahui, Covid varian Lambda dideteksi pertama kali pada Agustus 2020 di Peru sekitar 81 persen dari total kasus Covid-19 berasal dari varian Lambda, sementara sebanyak 193.389 orang meninggal dunia akibat varian tersebut.

Selain Peru, sejauh ini sudah ada 30 negara yang mendeteksi varian Lambda, seperti di Inggris, Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Meksiko, hingga Chile.

Baca Juga: