Berkaca dari jumlah korban gempa bumi di Cianjur, Kemdikbudristek mendorong akan pentingnya warga di lingkungan pendidikan memiliki kemampuan tanggap darurat.

JAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, menekankan pentingnya warga pendidikan memiliki kemampuan tanggap bencana. Hal ini untuk mencegah banyaknya korban ketika terjadi bencana.

"Mari kita ciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman untuk semua," ujar Nadiem, usai meninjau lokasi Gempa di Kabupaten Cianjur, Kamis (24/11).

Dia mengungkapkan, pihaknya sudah mengeluarkan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang dipayungi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2019. Aturan ini menjadi panduan bagi sekolah untuk menegakkan tiga pilar SPAB, yaitu fasilitas sekolah aman, manajemen bencana di sekolah, dan endidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana. "Ini bagian dari upaya membangun budaya siaga dan aman di sekolah, serta untuk membangun ketahanan dalam menghadapi bencana," jelasnya.

Nadiem menyampaikan belasungkawa atas terjadinya gempa di Kabupaten Cianjut yang merenggut banyak korban. Dia mengapresiasi guru-guru yang mampu mengelola peserta didiknya dengan baik sehingga aman dari dampak gempa.

Pihaknya memastikan keselamatan para warga pendidikan dan berupaya semaksimal mungkin agar proses pembelajaran dapat tetap berlangsung. Perbaikan bangunan sekolah akan segera dikoordinasikan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadikbud) menggalang bantuan untuk korban gempa Cianjur, Jawa Barat. Bantuan yang didistribusikan mulai dari uang tunai, alat tulis, tas seragam hingga perlengkapan sekolah lainnya.

Koordinator Penggalangan Fortadikbud Peduli untuk Gempa Cianjur, Muhammad Ma'ruf mengatakan, bantuan dapat dikirimkan melalui rekening BNI atas nama Muhammad Maruf dengan nomor rekening 0228318877. Setelah dana terkirim, donatur diharapkan dapat melakukan konfirmasi ke saudara Muti di nomor 085814756101.

Sejauh ini berdasarkan data sementara Kemendikbudristek per Kamis, 24 November 2022, jumlah bangunan sekolah sebanyak 361, dengan ruang yang rusak mencapai 1.417. Adapun korban luka guru sebanyak 55 guru dan korban luka siswa 216, sementara guru meninggal 3 orang dan siswa meninggal 32 orang.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, memastikan pelayanan kesehatan daerah gempa di Kabupaten Cianjur tetap berjalan. Dengan begitu keparahan korban baik luka berat maupun ringan tidak bertambah.

"Tenaga kesehatan untuk fokus kepada orang yang sakit luka berat jangan sampai meninggal dan orang yang sakit luka ringan cepat sembuh," ujar Budi dalam keterangannya usai meninjau kesiapan pelayanan kesehatan di Cianjur, Kamis.

Budi menerangkan, pasokan obat-obatan masih mencukupi mengingat jalur logistik terbuka. Menurutnya, perlu perbaikan listrik agar alat-alat seperti CT Scan bisa digunakan.

Dia menambahkan, ketersediaan ruang operasi saat ini sebanyak 15 unit. Adapun rinciannya RS Bhayangkara 1 kamar operasi, RSUD Sayang 8 ruang operasi, RS Dr. Hafiz 2 ruang operasi, RSUD Cimacan 4 ruang operasi.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sebanyak 272 korban meninggal dunia di hari keempat pasca bencana gempa di Cianjur. Angka tersebut naik satu korban setelah BNPB menyatakan pada hari sebelumnya, Rabu (23/11), ada sebanyak 271 korban meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 5,6 magnitudo pada Senin (21/11).

"Karena hari ini ditemukan satu jenazah atas nama ibu Nining umur 64 tahun, sekarang jadi 272 (korban meninggal)," kata Kepala BNPB Suharyanto di Pendopo Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis.

Menurutnya dari 272 korban meninggal itu, 165 jenazah di antaranya sudah teridentifikasi identitasnya. Sehingga, kata dia, masih ada 107 jenazah yang identitasnya masih diverifikasi.

Baca Juga: