Warga Lebanon yang marah, pada akhir pekan lalu menduduki sejumlah gedung pemerintah. Mereka berang terhadap ketidakbecusan pemerintahan dan kemarahan mereka semakin memuncak setelah insiden ledakan di Beirut.

 

BEIRUT - Para demonstran Lebanon yang pada akhir pekan berhasil merangsek masuk ke gedung-gedung pemerintahan, pada Minggu (9/8) menyatakan mereka akan terus menggelar aksi protes menyalahkan kelalaian para pejabat pemerintah dalam insiden ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8) lalu.

Saat terjadi pendudukan di sejumlah gedung pemerintah pada Sabtu (8/8) malam, sempat disertai insiden bentrokan antara pemrotes dengan aparat keamanan. Pihak Palang Merah menyatakan dalam bentrokan antara massa pengunjuk rasa dengan aparat keamanan menyebabkan 65 orang luka-luka.

"Siapkan tiang gantungan karena kemarahan kita tak akan mereda dalam satu hari," bunyi sebuah peringatan yang beredar di media sosial sebagai tanggapan atas ledakan tumpukan besar bahan kimia industri pada Selasa pekan lalu.

Walau penyebab insiden ledakan hingga saat ini belum diketahui, para pengunjuk rasa mengatakan tragedi itu tak akan terjadi jika tak ada korupsi dan ketidakbecusan pada aparat pemerintahan Lebanon.

Kubu pengunjuk rasa saat ini telah memperbarui tuntutannya setelah tahun lalu mereka menggelar aksi protes antipemerintah untuk menuntut agar seluruh jajaran kepemimpinan diganti dan kini tuntutan mereka semakin intens dengan kemarahan akibat insiden ledakan yang menewaskan banyak korban jiwa.

Kemarahan warga Lebanon yang menggelar aksi turun ke jalanan kian memperburuk citra pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Hassan Diab. Pada Minggu, satu anggota kabinet yaitu Menteri Informasi bernama Manal Abdel Samad, telah menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya.

"Setelah malapetaka di Beirut, saya menyatakan mundur dari pemerintahan," ucap Menteri Abdel Samad seraya meminta maaf pada rakyat karena telah mengecewakan mereka.

Media lokal mengabarkan bahwa sejumlah menteri pun juga akan turut mundur.

Sementara itu PM Diab pada Sabtu mengajukan agar dilaksanakannya pemilu yang dipercepat demi menyelesaikan semua masalah yang membelit Lebanon saat ini.

Galang Bantuan

Seruan para pengunjuk rasa atas ketidakpuasan pada pemerintah mulai berdengung ketika Presiden Prancis, Emmanuel Macron, melakukan kunjungan ke lokasi ledakan di Beirut.

Saat ini Presiden Macron telah ada di Paris untuk menggelar konferensi virtual yang didukung PBB bagi galang dana bantuan bagi Lebanon yang sebelum insiden keadaan perekonomiannya telah terpuruk.

"Dunia harus secepatnya dan secara efektif menanggapi bencana," ucap Macron seraya menyerukan kerja sama internasional bagi memastikan agar kekerasan atau kekacauan di Lebanon tak kembali terulang atau terjadi di mana pun.

Hingga Minggu, jumlah korban jiwa dalam insiden ledakan di Beirut telah mencapai 158 jiwa dan korban luka sebanyak 6.000 orang. Selain korban dari warga lokal, juga ada banyak warga asing yang jadi korban dalam insiden ini.

Ledakan dahsyat di gudang amonium nitrat di pelabuhan Beirut menurut para pakar dari Prancis yang bertugas di lokasi ledakan untuk turut mencari korban jiwa, telah menyebabkan lubang sedalam hingga 43 meter. AFP/I-1

Baca Juga: