Pentingnya kesehatan mental bagi para mahasiswa. Terlebih bagi mahasiswa baru yang baru lepas dari kehidupan sekolah ke kehidupan kampus.
JAKARTA - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono, menyatakan pentingnya kesehatan mental bagi para mahasiswa. Terlebih bagi mahasiswa baru yang baru lepas dari kehidupan sekolah ke kehidupan kampus.
"Mahasiswa baru yang sedang menghadapi salah satu fase peralihan status pendidikan dari seorang siswa menjadi mahasiswa," ujar Dante, dalam rangkaian kegiatan PKKMB UI, di Jakarta, Senin (12/8).
Dia menerangkan, secara umum mahasiswa baru akan mengalami yang namanya Kurva W. Kurva tersebut menggambarkan naik turunnya siklus kejiwaan yang dialami oleh seorang mahasiswa baru, serta hubungannya dengan faktor kepuasan dan waktu.
"Secara umum, mahasiswa baru akan mengalami yang namanya Kurva W, yakni dimulai dari Bulan Madu (permulaan kuliah) - Culture Shock (banyak tugas, homesick) - Penyesuaian Awal (mengelola waktu & pertemanan) - Mental Isolation (pulang ke rumah dan banyak hal berubah) - Penerimaan dan Integrasi (merasa menemukan rumah baru)," jelasnya.
Dante mengungkapkan, kemampuan beradaptasi yang cepat sangat penting bagi mahasiswa. Menurutnya, bukan yang terkuat atau terpintar yang akan bertahan, melainkan yang paling cepat menyesuaikan diri.
Dia menyarankan mahasiswa untuk memprioritaskan tugas, manajemen waktu, dan memiliki hobi. Ketika mengatasi stres, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengelola dan mengaktifkan sistem parasimpatis rest and digest.
"Kesehatan adalah asetmu yang paling berharga untuk manajemen stres, tidur cukup dan berkualitas, olahraga yang teratur, makan yang bergizi," terangnya.
Tantangan Pendidikan
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Abdul Haris, menuturkan, tantangan umum mahasiswa di Indonesia adalah tingginya angka pengangguran lulusan. Sebanyak 11,8% lulusan, atau sekitar 945.413 orang terdiri dari 191.681 diploma dan 753.732 sarjana, merupakan pengangguran terdidik.
"Tantangan kedepan sangat luas, sangat kompetitif, diperlukan daya saing yang sangat tinggi karena perkembangan era teknologi saat ini adalah masa otomatisasi/artificial intelligence. Hal ini akan mengubah semua apa yang menjadi kebiasaan manusia," ucapnya.
Dia menambahkan, dengan adanya otomatisasi, hal yang sebelumnya tidak terpikirkan dapat menjadi hal yang sangat lumrah dan dibutuhkan di masyarakat. Karena itu, mahasiswa baru dituntut harus selalu adaptif untuk dapat bertahan.
"Dinamika pendidikan tinggi yang sangat cepat dan tuntutan adaptasi yang tinggi menjadi salah satu faktor penyebab masalah kesehatan mental pada mahasiswa," tuturnya. ruf/S-2