Dalam penerbangan komersial, momen lepas landas dan mendarat menjadi waktu yang krusial. Hasil penelitian menyebutkan kedua fase genting tersebut sering terjadi kecelakaan.

Penerbangan nasional kembali berduka dengan jatuhnya pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya. Pesawat SJ 182 itu bermaksud terbang dari Jakarta ke Pontianak, Sabtu (9/1), namun gagal terbang dan menghunjang di laut Kepulauan Seribu. Kecelakaan pesawat sering terjadi. Kapan waktu paling berbahaya dalam sebuah penerbangan?

Menurut riset pabrikan pesawat Boeing, umumnya kecelakaan terjadi saat lepas landas (take off) dan mendarat (landing). Sebesar 49 persen dari total kecelakaan fatal terjadi selama fase pendaratan. Sementara itu, 14 persen dari sesluruh kecelakaan fatal terjadi selama lepas landas dan pendakian awal (initial climb).

Menurut hasil analisis Boeing terhadap penerbangan komersial antara 2007-2016, lepas landas dan pendaratan secara luas dianggap sebagai bagian paling berbahaya dari sebuah penerbangan. Meski hanya berlangsung waktu 2 persen dari total jam penerbangan, lepas landas dan pendakian awal menyumbang 14 persen kecelakaan fatal.

Waktu jet komersial lepas landas sebenarnya hanya berlangsung 30 hingga 35 detik. Jika sebuah mesin rusak atau roda pendaratan macet, pilot hampir tidak memiliki waktu sama sekali untuk memutuskan apakah akan tetap lepas landas atau mencoba mendaratkan pesawat ke tanah.

Jika pesawat belum lepas landas atau roda pesawat masih menyentuh tanah, pesawat bisa terus berjalan dan berhenti di ujung landasan, tergantung panjang landasan pacu dan sisa tanah di ujung bandara. "Jika ini yang terjadi, kemungkinan terhindar dari kecelakaan fatal masih bisa," ujar Anthony Brickhouse, pengamat penerbangan dan profesor keamanan kedirgantaraan di Embry-Riddle Aeronautical University di Florida seperti dikutip Business Insider.

Berbeda dengan fase lepas landas, fase jelajah (cruise) memiliki porsi waktu terbanyak. Namun demikian, pada fase ini jumlah kecelakaan yang terjadi hanya 11 persen. Menurut Brickhouse mengomentarihasil penelitian Boeing, pada fase jelajah jarang terjadi kecelakaan karena pada fase ini pilot memiliki banyak waktu memilih tindakan yang tepat.

Pada ketinggian 36.000 kaki atau 10,9 km di udara, saat mesin mati, pesawat dirancang masih bisa melayang (gliding). Dalam waktu beberapa menit, seorang pilot dapat mengoreksi kesalahan dan mengurai masalah sebelum menemukan tempat pendaratan.

Tertinggi

Waktu yang paling memiliki risiko kecelakaan tertinggi setelah lepas landas menurut Boeing adalah saat mendarat. Sebesar 49 persen kecelakaan fatal terjadi pada fase ini dan menjadi bagian paling mematikan dari rata-rata penerbangan.

"Biasanya saat mendarat, pesawat terbang cukup rendah dan lambat. Ketika masalah terjadi, Anda tidak punya banyak waktu untuk benar-benar bereaksi," ujar Brickhouse.

Saat pesawat sudah mendekati tanah, pilot hanya memiliki waktu sedikit. Saat pilot mendaratkan pesawat di landasan pacu dengan kecepatan lebih dari 100 mil per jam atau 160 km per jam. Semuanya bisa terjadi dengan sangat cepat. "Keputusan untuk menolak lepas landas adalah keputusan yang sangat intens karena Anda harus melakukannya di bawah kecepatan tertentu," ujar Brickhouse.

Penulis buku The Survivors Club The Secrets and Science That Could Save Your Life, Ben Sherwood memperkirakan, 80 persen dari kecelakaan pesawat terjadi dalam tiga menit pertama penerbangan atau delapan menit terakhir sebelum mendarat.

Sementara itu, seorang pensiunan pramugari United Airlines, Cheryl Schwartz mengatakan dalam penerbangan yang penting dilakukan mengetahui letak pintu darurat. "Saat Anda duduk, penumpang perlu mengetahui posisi pintu keluar dengan menghitung jumlah baris pintu terdekat," ujar dia. hay/G-1

Baca Juga: