Tahun ini, Gedung Sate (GS) genap berusia 100 tahun. GS, yang menjadi kantor Gubernur Jawa Barat (Jabar) kini nampak lebih indah. Bagian depan GS kini terdapat taman yang cukup luas
Penampilan baru itu mulai dinikmati warga Bandung atau yang kebetulan melintas di Jalan Diponegoro. Berhadapan langsung dengan Lapangan Gasibu, Taman GS kini menjadi ikon baru Bandung. Jika kebetulan Anda melintas di depannya, kini taman GS itu tidak pernah sepi dari kumpulan warga yang asyik berfoto.
Tulisan besar GS berwarna merah nampak kontras dengan background-nya, yakni tampak depan dari GS. Sebelumnya memang ada tulisan yang sama, namun masyarakat sangat sulit untuk mendapatkan foto dengan latar tulisan tersebut dan gambar depan gedung heritage termegah di Bandung itu.
Setelah dibenahi, ada halaman cukup luas di depan taman sehingga masyarakat bisa berfoto dengan latar tulisan merah itu. Selain itu tidak ada lagi pagar tinggi yang menutupi Gedung Sate.
Taman juga diisi dengan tanaman bunga warna-warni yang memanjakan mata. Ditambah ada air mancur yang tak henti. Jelajahi Gedung Sate Selain berfoto di taman GS, masyarakat kini lebih leluasa menjelajahi GS.
Namun hanya pada bagian tertentu saja, sebab gedung ini juga menjadi pusat kegiatan Pemprov Jabar. Beberapa lokasi yang bisa dijelajahi antara lain menara di Puncak GS, Museum Gedung Sate (MGS), dan taman bagian belakang.
Untuk bisa melihat menara bangunan tua nan megah itu, Anda cukup meminta izin kepada Keamanan Dalam GS. Ada lift yang dapat digunakan untuk menuju puncak. Lift itu berukuran kecil, sehingga harus bergiliran untuk bisa menggunakannya.
Setelah tiba di bagian atas, Anda akan melewati tangga kayu menuju keluar. Nah setelah keluar pintu, Anda akan melihat hamparan landskape Kota Bandung hingga pegunungan yang mengelilingi Bandung.
Satu tangga lagi menuju ke ruangan yang berdinding kaca. Ruangan ini biasanya digunakan Gubernur untuk menjamu pejabat yang datang dan ingin menikmati suasana santai sambil menikmati kopi atau makanan khas Bandung.
Setelah selesai menjelajahi puncak GS, tentunya Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang proses pembangunannya. Datangi saja MGS. GS tahun ini bakal genap berusia 100 tahun, sejak peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Johana C Coops, puteri sulung Wali Kota Bandung B Coops, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia.
Tepatnya pada 27 Juli 1920. Selama empat tahun gedung bersejarah ini dibangun dengan diarsiteki antara lain J Gerber, arsitek muda lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Eh De Roo dan G Hendriks serta Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol Pur VL Slors. Dari MGS diketahui jika pembangunan ini melibatkan ribuan pekerja. Mereka berasal dari Kampung Sekeloa, Coblong, Dago dan Cibarengkok yang sebelumnya pernah membangun Gedung Sirap (ITB) dan Balaikota Bandung.
Lalu 150 orang di antaranya pemahat, dan pengukir kayu dari Tiongkok. MGS ini terletak di sayap timur dari GS. Letaknya di lantai dasar. Di bagian dalam museum pengunjung akan mengetahui ternyata bangunan itu sama sekali tidak menggunakan bata merah, seluruhnya menggunakan batu belah.
Di dalam museum, ada bagian tembok yang sengaja dibobol untuk memberitahu jika dinding GS ini memiliki tebal satu meter. Inilah yang menjadikannya sangat kuat, kokoh dan menjadi markas pejabat Belanda kala itu. Selama kurun waktu 4 tahun pada September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PT Pos waktu itu.
GS adalah bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa. Misalnya bentuk kolom atau tiang beton serupa dengan kolom papyrus yang terdapat pada kuil Mesir Luxor. Terdapat juga kolom yang juga mengadopsi bentuk tiang beton pada kuil Sri Maha Nageswari Amman India.
Gaya arsitektur Hindu-Budha juga terlihat dari tiang di kanan dan kiri GS, yang berbentuk segi delapan yang terbagi dalam tiga segmen vertikal. Tangga terbuat dari lempengan batu yang menyerupai tangga pada Candi Pawon. Bingkai jendela menggunakan material batu dengan bentuk menyerupai relung candi.
Pintu masuk utama GS menyerupai gapura Candi Ratu Boko, terbuat dari lempengan batu dengan ukiran yang menghiasinya dan terdapat patung. Tiga atap pada menara GS menyerupai bentuk atap Bale Nyungcung, yakni bangunan umum pada masyarakat tradisional tatar Pasundan. Sementara kolom pada menara berbentuk persegi enam dengan susunan kolom mirip dengan menara Giralda di Spanyol.
Lokasi ini dipakai untuk tempat sirine. Ornamen yang mengelilingi teras menara merupakan gaya arsitektur mughal yang banyak ditemui di negara Asia Selatan seperti India, Pakistan dan Bangladesh.
Aplikasikan TeknologiTerkini
Pengunjung yang datang ke museum juga dapat melihat GS dari atas langit. Seolaholah ia sedang naik balon udara. Di dalam museum ini memang tersedia wahana unik yang menjadi incaran pengunjung.
Seperti layaknya balon udara, pengunjung dapat mencoba masuk kemudian memakai kacamata augmanted reality (AR). Saat memakai kacamata itulah pengunjung tiba-tiba merasakan sedang terbang di atas GS dengan menggunakan balon udara. Memang harus sabar mengantre karena wahana ini hanya dapat dimainkan satu orang. Namun, pengunjung yang tidak sempat mencoba, juga dapat ikut melihat di layar televisi yang dipajang di dinding tembok tidak jauh dari wahana ini.
Jadi, apa yang dilihat pengguna wahana akan terlihat pula di layar televisi. Di dalam juga terdapat lantai yang terbuat dari kaca. Jika diperhatikan lantai kaca itu mirip dengan layar televisi. Saat kita menginjaknya, seolaholah sedang berada di atas GS.
Kita seakan-akan berada di atas awan dan melihat ke bawah adalah atap GS. Di dalam museum juga terdapat replika sirine. Sirine ini memiliki daya pancar suara sangat kuat sehingga dapat terdengar hingga ke wilayah Sumedang.
Ruangan kecil di dalam museum juga menjadi favorit pengunjung, yang merupakan ruang pemutaran film proses pembangunan GS. Sementara sepanjang lorong yang ada di dalam museum ditempeli poster terkait proses pembangunan GS, sejarah para arsiteknya, hingga sejarah perjuangan para pemuda dalam mempertahankan GS di masa perang kemerdekaan. Museum ini buka setiap hari kecuali Senin. Buka mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. tgh/R-1