Rusia mengancam Amerika Serikat (AS) untuk berhenti mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina. Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov memperingatkan bahwa pengiriman besar senjata Barat justru akan memperparah konflik dan menyebabkan lebih banyak kerugian.

"Apa yang dilakukan orang Amerika adalah menuangkan minyak ke api," kata Antonov kepada saluran TV Rossiya 24 seperti dikutip Reuters.

Berdasarkan laporan Reuters, AS telah mengesampingkan pengiriman pasukannya maupun Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke Ukraina, namun tetap memasok senjata ke Kyiv seperti drone, artileri berat Howitzer, anti-pesawat Stinger dan rudal anti-tank Javelin.

Antonov mengatakan pengiriman senjata seperti justru memicu kobaran konflik di Ukraina, alih-alih melemahkan Rusia, sekaligus merusak kesempatan kesepakatan damai.

"Saya hanya melihat upaya untuk meningkatkan taruhan, memperburuk situasi, untuk melihat lebih banyak kerugian."

Menurut Antonov, pihaknya telah mengirim sebuah catatan diplomatik untuk mengungkapkan peringatan Rusia ke Washington, namun belum ada jawaban.

"Kami menekankan situasi ini tidak dapat diterima ketika Amerika Serikat menuangkan senjata ke Ukraina, dan kami menuntut diakhirinya praktik ini," kata Antonov.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengunjungi Kyiv untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (24/4).

Dalam pertemuan itu, keduanya mengatakan kepada Zelensky bahwa AS akan memberikan lebih dari 322 juta Dolar AS untuk pembiayaan militer baru untuk Ukraina, sehingga total bantuan keamanan AS sejak invasi menjadi sekitar 3,7 miliar Dolar AS.

Sementara pada Kamis (21/4) Presiden AS Joe Biden menjanjikan 800 juta Dolar AS untuk Ukraina seraya mengatakan dia akan meminta lebih banyak uang kepada Kongres untuk membantu meningkatkan dukungan bagi militer Ukraina.

Menurut Reuters, dikhawatirkan akan menimbulkan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat. Perlu dicatat, kedua negara sejauh ini memiliki nuklir terbesar di dunia. Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan pada Februari bahwa tidak akan ada pemenang dalam konflik antara NATO dan Rusia, yang memiliki gudang hulu ledak nuklir terbesar di dunia.

Putin bahkan mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena AS menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia.

Putin, yang mengatakan Ukraina dan Rusia pada dasarnya adalah satu orang, menyebut perang sebagai konfrontasi yang tak terhindarkan dengan Amerika Serikat, yang dia tuduh mengancam Rusia dengan ikut campur di halaman belakang dan memperbesar aliansi militer NATO.

Baca Juga: