Perjalanan Rusia mendapat kritik keras dari NASA karena bisa menimbulkan sampah antariksa yang membahayakan serangkaian misi luar angkasa.
Berawal hari Jumat (26/11), sebuah probe surya berada dalam misi untuk mengambil gambar terdekat dari matahari melewati sangat dekat dengan Bumi. Akan tetapi, puing-puing dari uji coba rudal anti-satelit Rusia tersebut ini membuat misi probe lebih berisiko dan tidak dapat diprediksi.
Sedangkan, pesawat ruang angkasa Solar Orbiter Badan Antariksa Eropa (ESA) meluncur hanya 460 kilometer di atas permukaan Bumi. Pertemuan jarak dekat ini, sebuah manuver yang disebut flyby, akan membantu mendorong satelit lebih dekat ke matahari sehingga dapat memulai eksplorasi ilmiahnya terhadap matahari.
"Solar Orbiter akan terbang melalui area yang paling tercemar di sekitar Bumi," kata Andrea Accomazzo, kepala tata surya dan eksplorasi ESA, yang mengawasi jalur lintas tersebut kepada Space.
Menjaga Solar Orbiter tetap aman, tidak terganggu puing, tim harus menjalankan perhitungan membandingkan jalur Solar Orbiter dengan lintasan semua objek puing luar angkasa yang diketahui.
"Masalahnya adalah tes terjadi baru-baru ini sehingga hanya ada sebagian informasi tentang puing-puing yang dibuatnya," ujar Accomazzo lagi dilansir dari Space, Jumat (26/11).
Selain itu, Solar Orbiter senilai 1,5 miliar dolar Amerika Serikat mendekati Bumi, operator sedang menyempurnakan perhitungan tersebut. Jika puing sampah luar angkasa yang diketahui tampaknya berada di jalur tabrakan dengan penjelajah matahari yang berharga, operator akan melakukan manuver menit terakhir untuk memandu pesawat ruang angkasa melalui zona yang lebih aman.
Perlu diketahui, puing-puing dari tes ASAT hanyalah sebagian kecil dari masalah yang dihadapi wahana matahari. ESA memperkirakan bahwa saat ini ada sekitar 36.500 keping puing luar angkasa yang berukuran lebih dari 10 cm meluncur di sekitar Bumi dengan kecepatan luar biasa.
Namun demikian, ada sekitar 1 juta fragmen antara 1 hingga 10 cm, dan 330 juta yang mengejutkan yang lebih kecil dari 1 cm tetapi lebih besar dari 1 mm. Fragmen ini sebagian besar tidak terlihat, namun masing-masing dapat menghancurkan atau merusak satelit secara signifikan.
Sekitar pada Agustus 2016, sebuah fragmen sampah luar angkasa berukuran sekitar 1 mm menabrak panel surya satelis Copernicus Sentinel-1A pengamat Bumi Eropa, menciptakan lubang selebar 40 cm. Tim kontrol darat berhasil menebus hilangnya daya, dan misi berlanjut hingga hari ini.
"Jika partikel ini menabrak tubuh utama pesawat ruang angkasa, itu bisa menghancurkan komputer di dalamnya," kata Accomazzo. "Tanpa komputer onboard, pesawat ruang angkasa pada dasarnya atau bisa menabrak tangki propelan. Dan jika itu adalah misi yang bergantung pada propulsi, jika Anda mulai bocor, itu saja," ujar dia.