Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dijadwalkan berada di Iran untuk melakukan pembicaraan mengenai peningkatan kerja sama perdagangan dan energi di tengah sanksi ekonomi yang ditargetkan Barat kepada kedua negara tersebut.

"Lavrov akan bertemu dengan menteri luar negeri kami (Hossein Amir-Abdollahian) besok (Kamis)," kata kantor berita resmi Iran IRNA.

Sebagai dua negara dengan cadangan minyak dan gas yang besar, Teheran dan Moskow sama-sama terjerat sanksi Barat yang membatasi kemampuan mereka untuk mengekspor hasil produksinya.

Rusia sendiri tengah tertampar sanksi setelah invasinya di Ukraina pada akhir Februari, sementara Iran kembali merasakan sanksi yang kembali diterapkan Amerika Serikat pada 2018, hingga perekonomian negara Islam itu terhuyung-huyung. Sanksi itu diperoleh Iran menyusul penarikan Washington dari perjanjian nuklir antara Teheran dan negara-negara besar.

Sebagai informasi, Rusia telah memainkan peran kunci dalam kesepakatan itu dengan mengambil alih kelebihan stok uranium yang diperkaya Iran di luar yang diizinkan berdasarkan perjanjian.

Pengayaan uranium di Iran sendiri disebut bisa mencapai level kemurnian yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir. Dikutip dariAxios,dua sumber anonim Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa Iran tengah bersiap melakukan pengayaan uranium dengan kemurnian hingga 90 persen, level yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir.

AFP merangkum negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 telah macet sejak Maret di tengah perbedaan tajam antara Teheran dan Washington mengenai sanksi AS yang akan dicabut sebagai imbalan atas kembalinya Iran untuk sepenuhnya mematuhi batas yang disepakati untuk kegiatan nuklirnya.

Sebelumnya, pada Januari lalu, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan dirinya telah memberikan rancangan dokumen tentang kerja sama strategis kepada Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan memperkuat kerja sama keduanya selama dua dekade ke depan.

Baca Juga: