CHICAGO - Pemerintah Amerika Serikat (AS), pada Kamis (4/4), mengatakan wabah flu burung telah menyebar di peternakan sapi perah di Ohio dan terdeteksi pada peternakan di Kansas dan New Mexico. Kondisi ini memperluas penyakit pada sapi yang telah menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan risiko terhadap manusia.

Departemen Pertanian AS atau Department of Agriculture (USDA) telah mengonfirmasi adanya infeksi pada ternak di enam negara bagian sejak pertama kali melaporkan kasus tersebut di Texas dan Kansas pada 25 Maret.

"Perusahaan susu yang terinfeksi di Ohio menerima sapi pada tanggal 8 Maret dari perusahaan susu Texas, yang kemudian mengonfirmasi deteksi flu burung," kata Departemen Pertanian Ohio.

Dikutip dari The Straits Times, USDA mengatakan penularan penyakit antarsapi tidak dapat dikesampingkan.

"Kasus awal di Texas dan Kansas tampaknya ditularkan oleh burung liar, dan jenis virus pada kasus berikutnya di New Mexico, Michigan, dan Idaho sangat mirip," kata USDA.

Menginfeksi Unggas

Burung yang bermigrasi telah menyebarkan flu burung ke seluruh dunia sejak tahun 2022, menginfeksi unggas dan spesies lainnya.

"Di negara bagian Kansas, semua data pengurutan genetik yang kami peroleh masih menunjukkan ini adalah dampak dari paparan burung liar," kata Komisaris Kesehatan Hewan Kansas, Justin Smith, dalam sebuah wawancara.

Menurut USDA, flu burung telah ditemukan di tiga peternakan sapi perah di Kansas, dua di New Mexico, tujuh di Texas dan masing-masing satu di Ohio, Idaho, dan Michigan.

Pejabat Texas melaporkan pada hari Senin seorang pekerja pertanian dinyatakan positif, dan satu-satunya gejala adalah peradangan mata. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menilai risiko flu burung pada manusia rendah.

"Penyebaran flu burung yang lebih luas meningkatkan risiko penularan pada manusia," kata badan kesehatan hewan.

Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau World Organisation for Animal Health, Monique Eloit, mengatakan penyebaran flu burung ke semakin banyak spesies dan meluasnya jangkauan geografis telah meningkatkan risiko manusia tertular virus tersebut.

Baca Juga: