Tanpa sadar, sudah banyak putra-putri tanah air yang mengharumkan nama negeri ini di kancah Internasional. Tak hanya di bidang olahraga atau seni, beberapa nama bahkan telah menjadi incaran dunia karena kiprahnya di bidang keilmuan dan teknologi.

Salah satunya ialah pria asal Tasikmalaya, bernama Yogi Ahmad Erlangga. Berkat kecerdasannya, ia terkenal dengan sebutan 'Teroris Matematika'.

Penyematan 'teroris' ini bukan karena ia melakukan penyerangan, melainkan karena stereotip masyarakat terhadap penampilan Yogi. Alih-alih menyerang kemanusiaan, Yogi berhasil membuat penemuan besar di bidang Matematika yang berdampak pada dunia.

Dalam proses meraih gelar S3 di Delf University of Technology Belanda, Yogi menemukan cara alternatif untuk menyelesaikan rumus persamaan Helmholtz yang terkenal sebagai rumus matematika tersulit di dunia, dengan cara yang paling cepat.

Dilansir dari thesmedia, kisah hebat Yogi bermula sejak ia mendapat tawaran dari Shell. Perusahaan minyak asal Belanda ini meminta Yogi untuk mengatasi masalah di bagian perminyakan dengan menggunakan rumus persamaan Helmholtz.

Rumus yang dibuat ilmuwan Jerman bernama Herman Ludwig Ferdinand von Helmholtz ini membutuhkan waktu yang lama untuk dipelajari dan ditaklukkan. Sebab, untuk memahami rumusnya, tak cukup hanya dengan otak yang cerdas. Risetnya harus mendalam dan akurat.

Penyelesaian rumus ini memakan waktu hingga empat tahun lamanya. Penelitiannya pun menghabiskan dana hingga Rp 6 miliar yang ditanggung oleh Shell.

Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, Yogi akhirnya mampu menemukan cara tercepat dalam menyelesaikan rumus Helmholtz ini. Hasil penemuannya bahkan mendapat pujian dari ilmuwan-ilmuwan Eropa, Amerika, hingga Israel.

Penemuan Yogi dianggap penting dan berdampak besar bagi dunia karena persamaan Helmholtz dapat mempermudah penemuan ladang minyak bumi hingga 100 kali lebih cepat. Tentu, hal ini berguna dalam hal efektivitas dan efisiensi waktu ribuan insinyur bumi, untuk menemukan titik minyak dengan tingkat akurasi tinggi.

Dengan perolehan atensi dan dampak yang luar biasa ini, banyak pihak menyarankan Yogi untuk mendaftarkan penemuannya untuk memperoleh hak cipta dengan nama Erlangga Equation.

Meski banyak yang mendukung, Yogi menolak usul tersebut. Menurutnya, mematenkan sebuah penemuan hanya akan menghambat perkembangan ilmu tersebut. Maka dari itu, ia membebaskan penemuannya untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya.

Ia juga menganggap bahwa mengembangkan ilmu adalah hak setiap manusia. Hak ini bisa dijamin ketika ilmu yang dipelajari ini bersifat terbuka dan dimiliki publik.

Kini, Yogi Ahmad Erlangga melanjutkan karirnya di bidang keilmuan sebagai seorang asisten profesor di Nazarbatev University, Kazakhstan.

Baca Juga: