Bandara internasional di Kabul Afghanistan masih dipenuhi ribuan warga yang hendak kabur ke luar negeri setelah gerilyawan Taliban menguasai kota. Akibat kekacauan pada hari Senin 16 Agustus 2021 kemarin ada lima orang warga Afghanistan yang tewas akibat terjatuh saat berdesak-desakan.

Kini pesawat militer Amerika Serikat berhasil mengevakuasi warga. Lebih dari 600 warga Afghanistan, termasuk anak-anak, duduk sambil berdesakan di lantai pesawat militer AS mereka memilih untuk keluar dari Afghanistan.

Sebuah foto yang memperlihatkan beberapa warga Afghanistan membawa koper, memegang botol susu bayi di dalam pesawat kargo C-17 menjadi viral di media sosial.

Seorang pejabat AS mengatakan sekitar 640 orang bersusah payah menaiki pesawat itu pada Minggu, ketika ribuan orang yang putus asa ingin meninggalkan Afghanistan mendatangi bandara Kabul.

"Jumlah penumpang yang biasanya tak setinggi itu adalah dampak dari situasi keamanan dan perlu segera diputuskan oleh kru yang memastikan mereka dikeluarkan dengan cepat dari negara itu," kata pejabat tersebut.

Sebelum pesawat tinggal landas menuju Qatar, banyak warga Afghanistan berusaha memanjat ke pesawat lewat pintu yang setengah terbuka.

Sejumlah saksi mengatakan beberapa orang telah tewas,saat warga Afghanistan memanjat ke pesawat dan bergantungan pada roda pendaratan dalam upaya untuk keluar dari negara itu. Dalam sebuah foto dan video lain yang tersebar di media sosial.

Bagi sejumlah pengamat, gambar di dalam pesawat C-17 merupakan tanda dari harapan dan keberanian kru evakuasi.

"Dari semua kegagalan yang terjadi pekan ini, beberapa kebaikan terlihat dalam (gambar) ini," kata Blake Herzinger, analis keamanan yang berbasis di Singapura, yang membagikan foto itu di Twitter.

Namun bagi yang lain, foto itu menjadi pengingat dari upaya evakuasi yang mendatangkan malapetaka setelah AS menarik pasukannya dari Afghanistan setelah 20 tahun berperang dan Taliban merebut kekuasaan dalam hitungan hari, bukan hitungan bulan seperti yang diprediksi oleh intelijen AS.

"Kita butuh lebih banyak pesawat semacam itu," kata Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch.

Baca Juga: