Nasib sial menyertai kapal perang Vasa. Baru selemparan batu dari lokasi pe­luncurannya, kapal itu miring lalu teng­gelam. Ambisi raja Swedia dalam stra­tegi pada ekspansi angkatan laut me­nyebabkan pengabaian pada sisi stabilitas dan beban struktur atas lambung kapal.

Nasib sial menyertai kapal perang Vasa. Baru selemparan batu dari lokasi peluncurannya, kapal itu miring lalu tenggelam. Ambisi raja Swedia dalam strategi pada ekspansi angkatan laut menyebabkan pengabaian pada sisi stabilitas dan beban struktur atas lambung kapal.

Pada 10 Agustus 1628, kapal perang Vasa akan memulai pelayaran perdananya dari Pelabuhan Stockholm. Acara ini bukan sekedar uji kemampuan kapal, tetapi juga pertunjukkan kekuatan Angkatan Laut Swedia secara besar-besaran.

Kapal yang dilengkapi peralatan lengkap dan membawa awak sekitar 150 orang bersama dengan para tamu, berangkat dengan mewah mencerminkan ekspektasi tinggi yang diberikan padanya. Setelah membuang sauh dan berlayar sejauh 1.300 meter dari Pelabuhan Stockholm tempatnya diluncurkan, kapal itu miring lalu tenggelam.

Bencana yang terjadi dengan cepat dan tidak terduga disebabkan oleh hembusan angin menerpa layar. Akibatnya posisi kapal condong ke sisi kiri dan akhirnya terguling. Layarnya jatuh ke air lalu dalam waktu cepat lambungnya terisi air.

Bagi kapal, terpaan angin yang kencang adalah hal biasa dan didesain untuk menghadapinya. Namun karena cacat dalam desain yang dialami Vasa, menjadi stabilitasnya sangat rapuh dan sangat tidak layak untuk mengarungi lautan.

Saat Vasa terguling, air mulai membanjiri bagian bawah meriam. Titik ini umumnya dibiarkan terbuka untuk memberi hormat saat kapal berangkat. Lubang tembak yang terbuka ini, sebuah praktik yang biasa terjadi pada keberangkatan kapal, mengubah situasi yang berisiko menjadi bencana.

Masuknya air dengan cepat menggoyahkan keseimbangan kapal yang sudah genting, sehingga mempercepat tenggelamnya kapal. Akhirnya Vasa beristirahat dalam waktu lama di garis pantai, tidak jauh dari galangan kapal tempat kapal itu dibangun dan diluncurkan.

Kondisi perairan Pelabuhan Stockholm, meski tidak terlalu dalam, cukup untuk menenggelamkan kapal sepenuhnya. Jumlah korban tewas sekitar 30 hingga 50 orang di dalamnya, termasuk awak kapal, perempuan dan anak-anak. Sementara sebagian besar meriam perunggunya yang berharga berhasil diselamatkan sebelum kapal benar-benar tenggelam pada hari yang sama dengan peluncuran itu.

Kapal perang ini dibangun atas perintah Raja Swedia, Gustavus Adolphus, sebagai bagian dari ekspansi militer yang ia mulai dalam perang dengan Polandia-Lithuania (1621-1629). Kapal ini dibangun di galangan Angkatan Laut di Stockholm berdasarkan kontrak dengan pengusaha swasta pada tahun 1626-1627.

Untuk keperluan militer, Vasa dipersenjatai terutama dengan meriam perunggu yang dibuat di Stockholm secara khusus untuk kapal tersebut. Dihiasi berbagai simbol mewah sebagai wujud ambisi raja untuk negara Swedia dan dirinya sendiri.

Setelah selesai, kapal ini disebut menjadi salah satu kapal bersenjata paling kuat di dunia. Namun dari sudut pandang desain kapal masa kini, Vasa sangat tidak stabil karena terlalu banyak beban di struktur atas lambung kapal. Meskipun stabilitasnya kurang, kapal itu dipaksa untuk tetap berlayar.

Perintah untuk tetap berlayar merupakan hasil kombinasi beberapa faktor. Raja, yang memimpin pasukan di Polandia pada saat pelayaran perdananya, tidak sabar melihatnya mengambil posisinya sebagai andalan armadacadangan di Älvsnabben di Kepulauan Stockholm.

Pada saat yang sama, bawahan raja tidak memiliki keberanian politik untuk membahas masalah kapal secara terbuka atau menunda pelayaran perdananya. Sebuah penyelidikan diselenggarakan oleh Dewan Penasihat Swedia untuk menemukan mereka yang bertanggung jawab atas bencana tersebut telah dibentuk, namun pada akhirnya tidak ada yang dihukum.

Pembangunan Vasa dilakukan untuk menghadapi musuh-musuh Swedia. Ketika itu pada awal abad ke-17 di Eropa merupakan periode perubahan dan konflik yang signifikan. Benua ini berada di tengah-tengah Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648), sebuah konflik dahsyat yang melibatkan sebagian besar negara-negara besar pada masa itu.

Perang ini, meskipun berakar pada perselisihan agama, juga merupakan perebutan dominasi politik dan teritorial. Dalam lanskap yang bergejolak ini, Swedia, di bawah pemerintahan Raja Gustavus Adolphus, muncul sebagai kekuatan yang signifikan di kawasan Baltik.

Gustavus Adolphus, yang naik takhta pada 1611, adalah seorang pemimpin visioner yang dikenal karena keterampilan militernya dan upayanya untuk memodernisasi tentara Swedia. Pemerintahannya menandai periode transformatif bagi Swedia, mengubahnya dari kerajaan yang relatif kecil menjadi pemain utama dalam politik Eropa khususnya di kawasan Nordik.

Kekuatan angkatan laut merupakan faktor penting dalam era sejarah Eropa ini. Penguasaan laut dapat menentukan hasil perang, mempengaruhi jalur perdagangan, dan menegaskan prestise nasional. Swedia, dengan garis pantainya yang luas dan kepentingannya di Laut Baltik, menyadari pentingnya angkatan laut yang kuat.

Pembangunan Vasa adalah bagian dari fokus strategis pada ekspansi angkatan laut. Raja Gustavus Adolphus mempunyai ambisi, tidak hanya dalam perluasan wilayah tetapi juga dalam memperkuat status Swedia sebagai kekuatan yang tangguh.

Ia berusaha menantang dominasi kekuatan angkatan laut lainnya seperti Denmark dan Liga Hanseatic di Laut Baltik. Vasa akan menjadi simbol dari ambisi ini sebuah benteng terapung yang akan menunjukkan kekuatan Swedia dan menghalangi musuh.

Cacat Desain

Vasa dirancang sebagai kapal perang yang tangguh, tidak hanya menampilkan kekuatan militer Swedia, tetapi juga kecanggihan artistik dan teknologinya. Desainnya mencakup dua dek meriam penuh yang merupakan inovasi pada saat itu dan memungkinkannya membawa sejumlah besar meriam berat.

Daya tembak ini dimaksudkan untuk memberikan keuntungan yang signifikan dalam pertempuran laut. Sementara itu aspek estetika Vasa sama pentingnya dengan kemampuan militernya. Kapal itu dihiasi dengan serangkaian ukiran dan pahatan yang rumit.

Dekorasinya dipenuhi dengan simbolisme, yang menggambarkan berbagai tema dari sumber-sumber alkitabiah, sejarah, dan mitologi. Semuanya dimaksudkan untuk memuliakan Raja Gustavus Adolphus dan Swedia. Tingkat kesenian dalam kapal perang ini belum pernah terjadi sebelumnya dan menunjukkan ambisi raja untuk menonjolkan kekuasaan dan budaya. hay/And

Baca Juga: