Siapa yang tak mengenal bakso? Hampir dipastikan tidak ada. Menu kuliner "sejuta umat" ini sangat digemari masyarakat. Bakso sangat populer dan dapat dijumpai di seluruh pelosok Nusantara, dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar.

Selain rasa, porsinya yang pas, membuat makanan ini kerap disantp tanpa mengenal waktu karena sifatnya yang tak terlalu mengenyangkan. Umumnya bakso dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang bahkan daging kerbau.

Seiring waktu, banyak penjaja bakso ini yang berkreasi demi menghasilkan sesuatu yang berbeda, baik soal rasa maupun dalam bentuk tampilan sajian bakso.

Bakso Hitam Pandegiling

Berbagai jenis bakso sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan ataupun mal-mal. Namun demikian, telah menjadi budaya sebagian besar penggemar untuk menikmati bakso yang dijajakan berkeliling, atau "andok" ke warung yang menyediakan menu ini, karena dirasa lebih mengasyikkan.

Dalam penyajian, makanan yang berakar dari seni kuliner Tionghoa ini biasanya disuguhkan dalam keadanan panas, dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur dan ditaburi bawang goreng dan seledri.

Bagi penggemar bakso yang ingin mencoba sajian dengan tampilan beda, ada baiknya mampir ke "Bakso Cok Judes". Depot mungil yang berada di Jalan Pandegiling, Surabaya ini dikenal sebagai jujugan pecinta makanan ini karena terkenal dengan bakso hitamnya.

Ya, bila umumnya orang mengenal penthol bakso dengan warna abu-abu, pengunjung banyakyang penasaran dengan menu andalan warung yang buka sejak 2013 ini, karena menyajikan bulatan bakso unik berwarna gelap, nyaris hitam kelam.

Usut punya usut ternyata tampilan penuh misteri itu berasal dari arang yang menjadi salah satu bahan adonan bakso. Selama ini arang dikenal untuk memanggang beraneka ragam masakan, seperti daging sapi, ayam, ataupun ikan.

Namun dengan tangan dingin arek Suroboyo asli, Sigit Prihanto, arang justru dicampurkan ke dalam makanan, yang mana merupakan bahan pewarna makanan alami, yaitu arang bambu.

Penggunaan arang bambu sendiri pada mulanya muncul di Jepang beberapa tahun lalu, setelah sejumlah gerai burger di Jepang menggunakan roti (bun) berwarna hitam. Tren makanan hitam belakangan telah merebak sampi di Indonesia, baik burger, mie, dan kini diadopsi pada bakso.

Soal rasa, pengunjung tak perlu khawatir ada unsur arang didalamnya, karena murni lidah akan dimanjakan oleh gurih daging sapi yang orisil, baik pada bulatan bakso, maupun kuahnya yang hangat mengepul.

"Selan lezat, menurut para ahli unsur natural activated charcoal dalam arang bambu bersifat efektif untuk detoksifikasi racun-racun di dalam tubuh, karena dapat mengikat racun-racun dan berbagai zat kimia, seperti asam lemak,formalin, merkuri, dan lainnya" kata Sigit yang telah memperoleh penghargaan "Pahlawan Ekonomi" dengan menu terobosannya itu.

Keistimewaan lain dari bakso hitam juga ada pada rasa di dalam bulatan pentholnya. Nama "Bakso Cok Judes" merupakan akronim dari isian di dalam yakni Cokelat, Keju, dan Pedes.

Terbayang betapa sensasi rasanya di lidah. Untuk bakso coklat, kita akan merasakan kombinasi gurih daging bakso dengan manisnya coklat, begitu juga dengan isi keju dan sambal (pedes), membuat pengalaman santap bakso makin kaya rasa.

Untuk penggemar bakso yang 'fanatik' dengan rasa asli penthol tak perlu khawatir, karena proporsi isian coklat, keju, ataupun sambalnya tak terlalu mencolok. Seperti gadis malu-malu yang mengintip dari balik kelambu, rasannya cukup untuk menimbulkan sensasi menggoda, namun dengan rasa bakso asli tetap mendominasi.

Bagi pengunjung yang tak ingin kompri, bisa memesan bakso hitam orisinil, yakni bulatan bakso hitam tanpa isi, sehingga terjamin keutuhan rasa bakso yang otentik. Sementara soal tekstur bakso, jangan ditanya, karena juga merupakan salah satu kelebihan bakso hitam ini.

Bakso Cok Judes terkenal dengan tekstur "kres"-nya yang sensasional. Daging bakso memiliki tingkat kenyal yang begitu pas, tak terlalu empuk, juga tak sampai keras.

"Rahasiannya ada pada proses pengapian yang pas, dan cara pengambilan dan pembentukan adonan bakso," tambah Sigit.

Serunya lagi menu unik ini bisa kita nikmati dengan harga super ekonomis, hanya 10 ribu rupiah per mangkok, dengan 4 varian rasa bakso.

Selain telah meraih penghargaan "Pahlawan Ekonomi" dari Pemkot Surabaya, pemilik bakso Sigit Prihanto kerap didaulat untuk mengisi berbagai pelatihan pelaku UMKM, termasuk pada warga eks lokalisasi Dolly, Surabaya, yang ingin bangkit dari masa lalu.SB/E-6

Mie Ayam Keju

Selain bakso hitam yang unim, penggenar mie yang berkunjung patut bergembira. Pasalnya kita juga dapat mencoba menu andalan lain "Chok Judes" yaitu Mie Ayam Keju.

Meskipun mie bukan menu asli Indonesia tapi nyatanya kini mie ayam seakan sudah menjadi makanan tradisional Indonesia. Makanan ini sudah tersebar di seluruh Indonesia, terutama di daerah Jawa makanan ini sangat mudah di temukan. Penjual mie ayam di Indonesia yang populer berasal dari Wonogiri dan Ibu Kota yang populer dengan Mie Ayam Jakarta.

Kini mie yang biasa disuguhkan dengan potongan daging ayam, selada, pangsit, dengan kuah hangat mengepul, juga bertabur dengan parutan keju yang cukup banyak.

Bisa dibayangkan sensasinya, mie dengan dominasi kaldu ayam yang telah gurih, masih ditambah lagi dengan rasa gurih keju yang khas. Namun tak perlu khawatir, dalam proses pembuatan mie keju Chok Judes, telah diatur sedemikian rupa, tepatnya dengan mengurangi bumbu garam.

Hasil akhir menu dilidah memang 'perfecto', yakni paduan dua jenis gurih yang berbeda antara keju dengan kaldu ayam, dapat menyatu dengan pas, menimbulkan sensasi yang berbeda.

Pengalaman rasa menyantap menu ini makin lengkap karena taburan daging ayam yang ada ternyata memiliki karakter rasa yang berbeda dari mie ayam umumnya. Ada sensasi sedikit manis, yang berasal dari bumbu tempe bacem yang dibubuhkan dalam proses masak daging ayam. SB/E-6

Baca Juga: