BOSTON - Menurut studi terbaru, orang yang terinfeksi varian Delta dari virus korona mungkin membawa seribu kali lebih banyak partikel virus dan dapat dites positif dua hari lebih awal dari mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2 asli. Studi ini belum ditinjau sejawat dan hanya melihat sejumlah kecil kasus di Tiongkok, tetapi jika hasilnya dapat dikonfirmasi, ini menjelaskan setidaknya sebagian, mengapa varian Delta lebih menular.

Sebelumnya, Live Science melaporkan varian Delta kini telah menyebar ke lebih 100 negara dan saat ini merupakan 83 persen dari kasus Covid-19 baru di AS, dengan jumlah kasus yang sangat tinggi di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah. Varian ini diperkirakan 60 persen lebih mudah menular daripada strain dominan sebelumnya, dan dua kali lebih menular dari strain asli SARS-CoV-2.

Meskipun varian Delta mampu menyebar dengan cepat, para peneliti tidak yakin mengapa itu bisa terjadi. Untuk memahami lebih lanjut, sekelompok peneliti di Tiongkok mempelajari bagaimana varian Delta menyebar dari transmisi lokal pertama yang diketahui diidentifikasi pada 21 Mei. Para penulis menerbitkan temuan mereka sebagai studi pracetak tentang Virologis pada 7 Juli.

Lakukan Pengawasan

Guangdong, Tiongkok, serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit lokal lain melakukan pengawasan dan penyaringan pada mereka yang terinfeksi varian Delta dan kontak dekat mereka di Tiongkok. Kontak dekat dari orang yang terinfeksi diisolasi dan menjalani tes reaksi rantai polimerase (PCR) Covid-19 setiap hari. Pejabat mengidentifikasi 167 infeksi lokal yang ditelusuri kembali ke kasus indeks asli.

Mereka membandingkan data orang-orang ini dengan data dari hari-hari awal pandemi, ketika SARS-CoV-2 asli menyebar di Tiongkok. Mereka menemukan rata-rata waktu yang dibutuhkan dari paparan seseorang terhadap virus hingga hasil tes positif pada tes PCR (atau jumlah waktu yang dibutuhkan virus untuk bereplikasi ke tingkat yang cukup tinggi untuk dapat dideteksi) adalah 5,61 hari untuk virus asli dan 3,71 hari untuk varian Delta.

"Aspek paling 'mencolok' dari laporan ini, dibutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dari terpapar varian Delta hingga menunjukkan tingkat virus yang signifikan. Itu mengubah 'jendela' ketika orang menular," kata peneliti di Laboratorium Penyakit Menular Nasional Universitas Boston, John Connor, yang tidak terlibat dalam studi itu, baru-baru ini.

"Seperti yang kita ketahui, individu menjalani periode laten setelah infeksi, di mana titer (konsentrasi) virus terlalu rendah untuk dideteksi. Saat proliferasi virus berlanjut di dalam pejamu, viral load pada akhirnya akan mencapai tingkat yang dapat dideteksi dan menjadi menular," kata penulis studi tersebut dalam penelitian.

"Mengetahui kapan orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus sangat penting untuk merancang strategi intervensi untuk memutus rantai penularan," terangnya.

Dengan kata lain, pelacakan kontak harus bekerja lebih cepat untuk menghentikan orang dari transmisi Delta. Para peneliti juga mengukur viral load ketika SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi dalam tes PCR. Mereka menemukan bahwa viral load pada infeksi varian Delta adalah 1.260 kali lebih tinggi daripada infeksi virus asli. Ini menunjukkan varian Delta dapat bereplikasi di dalam tubuh lebih cepat daripada virus aslinya.

"Data ini menyoroti bahwa varian Delta bisa lebih menular selama tahap awal infeksi. Pada gilirannya, menunjukkan bahwa orang tersebut akan melepaskan lebih banyak partikel virus, membuat risiko penularan lebih tinggi," kata para penulis.

Namun, tingkat replikasi yang lebih tinggi mungkin tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa Delta begitu sukses, dan "ada banyak pertanyaan yang belum terjawab". Misalnya, penting bagi penelitian di masa depan untuk memahami seberapa banyak virus yang terdeteksi sebenarnya menular, tambah Connor. n SB/livescience/N-3

Baca Juga: