Badan Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (FDA) akhir pekan lalu melaporkan temuan sejumlah alat uji Covid-19 ternyata bisa menyebabkan hasil negatif yang palsu karena pengaruh varian baru Covid-19.

WASHINGTON DC - Varian genetik dari virus korona termasuk yang ditemukan di Inggris, bisa mempengaruhi kinerja sejumlah tes molekul Covid-19 dan menyebabkan hasil negatif yang palsu.

Informasi ini disampaikan oleh Badan Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) pada Jumat (8/1) pekan lalu.

Atas temuan ini, FDA telah mewanti-wanti staf laboratorium klinis dan penyedia layanan kesehatan terkait hasil negatif palsu dari setiap uji molekul Covid-19 dan telah menganjurkan agar hasil itu dikombinasikan dengan observasi klinis dan melakukan uji ulang dengan alat tes berbeda jika Covid-19 masih dicurigai diderita seseorang.

"Risiko bahwa mutasi akan berdampak pada keseluruhan keakuratan uji Covid-19 amat rendah," demikian pernyataan FDA.

Saat ini, menurut direktur National Institutes of Health, Francis Collins, pada pekan lalu menyatakan bahwa varian Covid-19 yang lebih mudah menular sedang melanda di Inggris dan di 5 negara bagian di AS.

Para Ilmuwan menyatakan bahwa vaksin yang baru dikembangkan telah memiliki keefektifan yang setara dalam melawan varian baru virus korona.

Pada Jumat lalu, analisis FDA menemukan 3 hasil tes yang mereka terima lewat otoritas darurat, telah terdampak oleh varian genetik virus korona, namun menekankan bahwa dampaknya tidaklah terlalu signifikan.

"Alat uji Covid-19 TaqPath yang dikembangkan Thermo Fisher Scientific Inc dan alat uji Linea Covid-19, ternyata sensitivitasnya berkurang akibat adanya mutasi Covid-19 termasuk varian B.1.1.7 atau varian baru Covid-19 asal Inggris," lapor FDA.

"Namun, karena kedua tes dirancang untuk mendeteksi sejumlah target genetik, sensitivitas tes secara keseluruhan seharusnya tak boleh terpengaruh," imbuh FDA.

Selain alat uji TaqPath dan Linea, FDA juga menambahkan bahwa kinerja uji Accula SARS-COV-2 yang dikembangkan Mesa Biotech juga dapat dipengaruhi oleh varian genetik.

Jumlah Kasus

Sementara itu World Health Organization (WHO) pada Minggu (10/1) melaporkan bahwa sudah ada lebih dari 1,9 juta orang tewas di seluruh dunia karena pandemi virus korona ini sejak wabah penyakit ini merebak Desember tahun lalu di Tiongkok. Angka kematian global yang diperoleh WHO itu dikumpulkan berdasarkan dari sumber dan informasi yang resmi.

Saat ini Amerika Serikat (AS) masih merupakan negara yang paling parah dilanda pandemi dengan lebih dari 372 ribu kematian akibat virus korona. Setelah AS diikuti Brasil dengan angka kematian lebih dari 202 ribu kasus, kemudian India dengan lebih dari 150 ribu kasus kematian, Meksiko dengan 132 ribu kematian, dan diikuti oleh Inggris dengan lebih dari 80 ribu kematian.

Sementara jumlah warga dunia yang terinfeksi diperkirakan sudah mencapai lebih dari 89,56 juta orang dan ada sekitar 55,28 juta orang yang saat ini diperkirakan telah sembuh. SB/AFP/I-1

Baca Juga: