Varian virus baru korona yang ditemukan di banyak negara diperkirakan mudah menginfeksi dari sebelumnya. Kemampuannya menghindari antibodi penetral membuat virus dengan mudah menghindari reaksi kekebalan.

Varian virus baru korona baru telah terdeteksi di Inggris, Nigeria, Australia, Denmark, Amerika Serikat, Prancis, Ghana, dan Australia. Kemudian, Yordania, Singapura, Finlandia, Belgia, dan Spanyol. Strain bernama B1525 awalnya berada di Inggris yang diiketahui pada 15 Desember 2020. Kemudian, Nigeria pada 29 Desember 2020.

Strain B1125 mengandung mutasi pada protein lonjakan (spike protein). Mutasi ini diperkirakan membuat virus mampu mengikat dan memasuki sel manusia dengan lebih efisien dibanding strain sebelumnya.Tim peneliti Universitas Edinburgh menyatakan, varian tersebut memiliki kesamaan dalam genom dengan varian Kent, B117. Mereka mengandung sejumlah mutasi yang mengkhawatirkan, termasuk mutasi E484K.

Pada ketiga varian ini terdapat lonjakan protein ditemukan di luar virus yang berperan penting dalam membantu virus memasuki sel. Para ilmuwan khawatir karena mutasi yang dikenal sebagai E484K ini, vaksin saat ini mungkin kurang efektif melawan varian baru. Mutasi juga muncul pada varian virus korona yang sebelumnya telah ditemukan di Afrika Selatan dan Brasil.

Mutasi E484K juga muncul di beberapa sampel varian Inggris, yang dikenal sebagai B117. Para peneliti menduga mutasi dapat membantu virus menghindari antibodi penetral ("neutralizing antibodies) yang mengikat virus dan mencegahnya menginfeksi sel.

Resisten

Simon Clarke, seorang profesor mikrobiologi seluler Universitas Reading, mengatakan, mutasi E484K membuat varian Afrika Selatan resisten terhadap beberapa vaksin. Ia khawatir varian baru tersebut mungkin juga agak resisten terhadap antibodi.

"Kami belum tahu seberapa baik varian baru ini akan menyebar. Tetapi jika berhasil dapat diasumsikan bahwa kekebalan dari vaksin atau infeksi sebelumnya akan berkurang," kata Clarke kepada The Guardian. Sementara itu, seorang profesor mikrobiologi klinis University of Cambridge, Ravi Gupta, setuju dengan pengujian gelombang untuk varian baru. Mutasi E484K memiliki kemungkinan perubahan lain yang bisa jadi lebih kebal dan menjadi lebih kebal.

Seorang pemimpin kelompok di Francis Crick Institute, Prof Jonathan Stoye, menuturkan, variannya jelas menyebar. Pengujian lonjakan menghadapi masalah, termasuk pada mereka yang paling berisiko menyebarkan Covid-19, namun tidak memiliki kemampuan melakukan tes.

Stoye melihat, biasanya setiap varian baru mengandung beberapa mutasi yang sudah dikenal. "Begitu Anda mulai memberikan tekanan seleksi pada virus ini, Anda mulai memilih secara khusus hal-hal yang memberinya kemampuan untuk melepaskan diri dari respons kekebalan. Saya pikir itulah yang terlihat di sini," katanya.

Dr Lucy van Dorp dari Genetics Institute di University College London menambahkan, deteksi cepat varian baru sangat penting. Langkah ini berguna dalam menemukan garis keturunan virus memiliki riwayat resisten terhadap antibodi.

"Salah satu keuntungan utama surveilans genomik adalah menemukan garis keturunan yang berpotensi menimbulkan kekhawatiran sejak dini. Meski masih dalam frekuensi rendah untuk memungkinkan penilaian dan evaluasi yang cepat dari dampak dan prevalensinya di wilayah lain di dunia," katanya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat, varian virus dari Afrika Selatan, Inggris, dan Brasil tampaknya lebih menular daripada jenis virus korona asli, meski lembaga ini belum mendapat bukti ilmiah. Namun demikian, perlu berhati-hati dalam membuat kesimpulan karena diperlukan bukti ilmiah. "Saat ini tidak ada bukti, rangkaian mutasi menyebabkan penyakit lebih parah atau peningkatan penularan," kata Direktur Medis di Public Health England, Yvonne Doyle.

hay/G-1

Baca Juga: