Pemerintah sedang gencar melakukan vaksinasi untuk daerah terpencil, yang ini menjadi tantangan tersendiri karena tidak mudah dijangkau.

JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmidzi, meyakini cakupan vaksinasi bisa mencapai 60 persen pada akhir 2021 menyusul telah tercapainya target yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar minimal 40 persen.

"Walaupun memang masih 60 persen warga belum divaksin jadi PR kita, tapi target-target global, Indonesia bisa kejar sebagai komitmen Indonesia untuk 40 persen sudah mendapatkan vaksinasi di tahun 2021. Saya yakin sebenarnya vaksinasi kita sampai akhir 2021 itu akan mencapai 60 persen," kata Nadia dalam webinar bertemakan Libur Nataru dan Varian Baru Strategi Cegah Gelombang Ke-3 Pandemi Covid-19 yang dipantau di Jakarta, Selasa (16/11).

Nadia mengatakan Indonesia sudah mencapai target WHO untuk cakupan vaksinasi dosis kedua lengkap minimal 40 persen pada akhir 2021. Dia menekankan vaksinasi di Indonesia sudah 40 persen atau 84 juta penduduk Indonesia telah divaksinasi dosis kedua per tanggal 14 November. Sementara 130 juta penduduk atau sekitar 63 persen telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama.

"Kita adalah lima negara yang tertinggi dalam cakupan vaksinasi dan jumlah orang yang mendapatkan vaksin," kata Nadia.

Daerah Terpencil

Nadia yang juga merupakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes menerangkan saat ini pemerintah Indonesia sedang melakukan vaksinasi untuk daerah terpencil di Indonesia. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri ketimbang melakukan vaksinasi bagi penduduk urban yang mudah menjangkau fasilitas kesehatan.

"Kalau kita lihat area rural ada yang harus menempuh dengan naik perahu atau dengan juga harus bermalam untuk mencapai desa, untuk melakukan di daerah perbatasan dan terpencil hari ini sudah kita lakukan vaksinasi," kata Nadia.

Dia menegaskan vaksinasi bukan merupakan program baru bagi pemerintah. Indonesia sudah terbiasa dengan program imunisasi dasar bagi balita yang dilakukan setiap tahunnya.

"Artinya, vaksinasi ini bukan program baru untuk Indonesia. Kita punya pengalaman dengan imunisasi rutin yang kita lakukan setiap tahunnya pada anak. Jadi, sebenarnya kesiapan SDM dan infrastruktur itu ada, hanya sekarang ini target untuk cakupan vaksinasinya cukup besar," kata Nadia.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo, mengatakan Singapura telah membuka kembali negaranya bagi warga negara asing yang datang dari 19 negara dengan kasus Covid-19 rendah, termasuk Indonesia. Ini dilakukan guna mengantisipasi pencegahan adanya infeksi baru.

Suryopratomo dalam webinar bertemakan Libur Nataru dan Varian Baru Strategi Cegah Gelombang Ke-3 Pandemi Covid-19 yang dipantau di Jakarta, Selasa (16/11), mengatakan pemerintah Singapura secara bertahap membuka pintu masuk bagi negara-negara dengan kasus rendah, dimulai dari Brunei Darussalam dan Jerman.

"Mengapa, karena Brunei kasusnya relatif sangat rendah, kemudian jumlah penduduknya sedikit, vaksinasi tinggi, negaranya mampu memberi vaksin seluruh warganya. Jerman adalah contoh negara di Eropa yang paling disiplin, karena itu mereka melihat sebagai prototipe pada Jerman," kata Suryopratomo.

Pemerintah Singapura menilai kedua negara tersebut sangat rendah kemungkinan penduduknya datang membawa virus Covid-19. Setelahnya, Singapura kembali memperbesar jumlah negara yang boleh masuk bagi 14 negara, dan saat ini menjadi 19 negara, termasuk Indonesia.

Warga Indonesia dinilai memiliki kemungkinan rendah menularkan Covid-19 ke penduduk Singapura, karena kasus yang melandai sejak satu bulan terakhir. Tercatat kasus Covid-19 di Indonesia selalu di bawah angka 1.000 atau berkisar antara 400 hingga 700 kasus sejak 15 Oktober 2021.

Suryopratomo mengatakan Singapura sangat ketat dalam memilah penduduk negara yang boleh masuk ke wilayahnya. Mulai dari kuota WNA yang boleh masuk sebanyak 300 sampai 400 orang setiap harinya, setiap WNA yang masuk harus sudah divaksin.

Jumlah itu juga disesuaikan dengan petugas yang melakukan tes PCR di bandara serta ketersediaan tempat tidur di rumah sakit sebagai antisipasi perawatan sakit karena Covid-19.

Baca Juga: