Ada dua varian Covid-19 yang tengah diamati penyebarannya di seluruh dunia yaitu BQ11 dan XBB.

JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut vaksinasi dosis ketiga atau booster cukup efektif mengatasi Covid-19 varian XBB. Untuk itu, masyarakat hendaknya segera menerima vaksinasi penguat karena varian XBB sudah terdeteksi di Indonesia.

"Sebaiknya untuk melakukan mitigasi adanya subvarian yang mudah menginfeksi, booster dosis tiga atau empat sangat penting memproteksi penduduk," ujar Dicky kepada Koran Jakarta, Minggu (23/10).

Dicky membandingkan efektivitas tersebut dari situasi di Singapura. Ketika varian tersebut menyebar, tingkat kematian di negara tersebut hanya 0,02 persen.

Dia menambahkan rendahnya persentase kematian di Singapura karena cakupan vaksinasi booster sudah mencapai 80 persen. Di sisi lain, populasi Singapura jumlahnya sedikit.

"Ini harus dikejar dalam konteks Indonesia. Data Singapura, kalau dipindahkan ke Indonesia itu besar dan banyak sekali karena penduduk kita banyak," jelasnya.

Lebih lanjut, Dicky menyebut ada dua varian yang tengah diamati penyebarannya di seluruh dunia yaitu varian BQ11 dan XBB. BQ11 menyebar di Eropa, Amerika Utara, dan Afrika. Sedangkan XBB menyebar di Australia, Asia Tenggara, dan Asia Selatan.

"Dua subvarian Omicron ini bukan hanya berpotensi, tapi jadi leading factor terjadinya gelombang baru," katanya.

Dia mengatakan kedua varian tersebut memiliki keunikan dari segi spike protein. Hal tersebut menyebabkan keduanya mudah menginfeksi. "Meski dua subvarian berbeda secara wilayah, tapi bisa kosirkulasi dan koinfeksi pun bisa," tandasnya.

Pemberlakuan PPKM

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, memastikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), masih berlaku. PPKM tidak akan dicabut setidaknya menunggu situasi Covid-19 awal tahun 2023.

"PPKM ini untuk sementara masih tetap tidak dicabut seluruhnya, karena kita masih menunggu nanti Januari-Februari 2023 apakah ada kenaikan kasus lagi atau tidak," terangnya.

Dia mengatakan terlepas dari status PPKM seperti apa, pada realitasnya saat ini kehidupan sudah normal. PPKM tidak dicabut untuk mengantisipasi jika nanti terjadi kenaikan kasus Covid-19. "Jadi pemerintah tetap memiliki instrumen untuk bisa melakukan intervensi kesehatan di daerah-daerah," tambahnya.

Menkes menambahkan PPKM adalah instrumen yang terbukti sangat baik untuk mengimplementasikan protokol kesehatan di daerah-daerah dengan cepat. Penting juga memperhatikan substansi daripada administrasinya.

"Substansinya sekarang kita hidupnya sudah normal. Ada PPKM di sini anggap saja sebagai 'payung' yang nanti kalau hujan kita bisa buka lagi. Tapi hidup kita sekarang sudah normal sekali dengan status PPKM yang ada sekarang," ucapnya.

Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril mengatakan 10 orang yang mengalami kontak erat dengan pasien terinfeksi Covid-19 Subvarian Omicron XBB di Indonesia dinyatakan negatif. Subvarian Omicron XBB yang menyebabkan lonjakan kasus di Singapura telah terdeteksi di Indonesia.

"Kemenkes bergegas melakukan upaya antisipatif dengan melakukan testing dan tracing terhadap 10 orang kontak erat. Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif Covid-19 varian XBB," kata Syahril.

Kasus pertama XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan, berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga: