Negara-negara lain tengah berlomba mengembangkan vaksin Covid-19, begitu juga Indonesia. Vaksin merupakan solusi untuk bisa mengakhiri pandemi yang memukul hampir seluruh sektor kehidupan.

Meski begitu, pembuatan vaksin membutuhkan waktu paling tidak setahun. Di Indonesia sendiri, proses pengembangan vaksin terus diupayakan, salah satunya oleh Konsorsium Riset dan Inovasi penanganan Covid-19, yang digagas Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).

Untuk mengupas pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia, Koran Jakarta mewawancarai Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro. Berikut petikan wawancaranya.

Sejauh mana pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia?

Peran Kemenristek/BRIN adalah mendorong penguasaan teknologi dan inovasi dalam bidang farmasi dan alat kesehatan dalam negeri. Sebelum ada pandemi, kesehatan dan obat merupakan salah satu fokus yang telah dicanangkan dalam Prioritas Riset Nasional tahun 2020-2025.

Sejumlah upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan vaksin Covid-19, saat ini sudah masuk dalam tahap pengujian. Dalam tahap ini, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah membangun fondasi pembuatan vaksin dari suatu zat protein atau disebut dengan protein rekombinan.

Dalam pengembangan vaksin ini apakah hanya LBM Eijkan saja yang terlibat?

LBM Eijkman memimpin proses pengembangan vaksin Covid-19 yang dinamai dengan vaksin Merah Putih, tapi dalam praktiknya tetap melibatkan banyak pihak untuk berkolaborasi. Misalnya, dalam pengembangan vaksin tadi, tahap selanjutnya vaksin akan diuji atau masuk tahap percobaan terhadap hewan yang akan dilakukan di Laboratorium Biosafety Level-3 (BSL-3) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Vaksin ini ditargetkan akan rampung pada 2021.

Selain dari lembaga penelitian di bawah Kemenristek/BRIN siapa lagi yang terlibat?

Dalam pengembangan vaksin ini, Lembaga Eijkman terus bekerja sama dengan perusahaan farmasi nasional, yakni PT Bio Farma. Sementara itu, dalam rangka mendukung pengembangan vaksin korona, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) juga telah memperkuat laboratorium untuk mendukung pengujian spesimen.

Badan POM juga mengambil peran untuk percepatan izin edar dan pelulusan produk sebagai obat dan vaksin, sehingga proses pengembangan obat dan izin edar nantinya dapat lebih cepat dilakukan.

Melibatkan pihak asing juga?

Ada juga kerja sama luar negeri, khususnya dengan perusahaan farmasi antara lain saat ini dengan Tiongkok. Pasalnya, berdasarkan Whole Genome Sequencing (WGS) atau proses karakterisasi virus di Indonesia, ada kesamaan dengan virus dari Wuhan.

Indonesia tetap akan membuka diri untuk melakukan kerja sama dengan mitra internasional lainnya. Meski begitu, kami akan tetap mengedepankan asas kesetaraan dan tetap diupayakan adanya transfer teknologi. Sehingga Indonesia bukan hanya menjadi tempat untuk uji klinis pengembangan vaksin dari luar negeri, melainkan ikut serta terlibat dalam mengembangkan vaksin bersama-sama. n muh ma'arup/P-4

Baca Juga: