Vaksin merupakan salah satu solusi dalam mengatasi pandemi Covid-19. Beberapa vaksin yang dikembangkan produsen global, sudah memasuki tahap uji klinis fase ketiga.

Setelah memenuhi seluruh prosedur dan syarat, vaksin tersebut akan didistribusikan ke negara-negara lain, salah satunya Indonesia.

Indonesia sendiri tengah mengembangkan vaksin dalam negeri bernama vaksin Merah Putih. Pengembangannya dikerjakan para peneliti Indonesia dari enam institusi dalam negeri menggunakan jenis virus yang menyebar di Indonesia.

Keberadaan Vaksin Merah Putih sangat penting mengingat banyaknya jumlah penduduk Indonesia sehingga tidak bisa selamanya bergantung pada negara lain.

Untuk mengupas terkait perkembangan vaksin Merah Putih dan riset penanganan Covid-19, Koran Jakarta mewawancarai Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro. Berikut petikan wawancaranya.

Kapan target vaksin Merah Putih didistribusikan?

Baru bisa didistribusikan apabila sudah menyerahkan bibit vaksin kepada produsen. Mudah-mudahan itu terjadi di triwulan tahun depan. Hingga itu terjadi masih harus uji klinis, membutuhkan juga izin Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Bila proses itu dilalui, baru bisa diproduksi massal. Akhirnya, baru bisa diberikan kepada masyarakat untuk program vaksinasi. Mudah-mudahan di triwulan 4 tahun 2021 bisa didistribusikan.

Vaksin Merah Putih ini hanya ditawarkan di dalam negeri atau ekspor?

Tentunya vaksin Merah Putih kita utamakan dulu untuk kebutuhan dalam negeri. Mengingat, kebutuhan dalam negeri itu relatif cukup besar.

Dengan menggunakan rumus kekebalan massal atau herd immunity yaitu dua pertiga jumlah penduduk, maka dibutuhkan kira-kira 130 juta penduduk yang divaksinasi. Dengan begitu, jumlah vaksin yang dibutuhkan bisa sampai 360 juta.

Setelah itu terpenuhi, apa yang akan dilakukan?

Kita harus mengantisipasi kemungkinan vaksinasi berikutnya pada periode setelahnya dengan adanya booster. Sehingga kita benar-benar fokus kepada pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

Namun, apabila pemenuhan kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan ada kebutuhan Indonesia

membantu negara lain, tentu kita siap-siap setelah vaksin ini melalui uji klinis, mendapatkan izin, dan diproduksi massal untuk ditawarkan ke negara lain.

Dengan adanya pandemi Covid-19, bagaimana program Prioritas Riset Nasional (PRN) selanjutnya?

PRN yang sudah didesain lima tahun ke depan tetap dikerjakan. Tapi, memang ada tambahan prioritas mengingat adanya pandemi. Sehingga di luar PRN yang ditetapkan, kita juga beberapa prioritas produk terkait Covid-19.

Selain vaksin, ada alat deteksi, baik rapid test yang berbasis antigen serta Genose yang sekarang sedang difinalisasi oleh UGM. Kita juga mendorong lahirnya imunomodulator, serta berbagai peralatan untuk ppenanganan Covid, ventilator, mobile lab, dan lain-lain. Jadi, kita kombinasikan antara PRN yang sudah ditetapkan dengan priortas terbaik Covid-19.

Sudah berapa banyak inovasi yang sudah terimplementasi dalam Covid-19?

Pada masa pandemi Covid-19 ini, kami sudah menghasilkan 60 lebih program yang tentunya bermanfaat dalam beragam aspek. Kemudian juga untuk terapi, pengobatan, suplemen, modulator, begitu juga alat-alat yang diperlukan untuk riset itu sendiri.

Dalam rangka pemanfaaatan dan daya guna produk inovasi yang dihasilkan konsorsium riset inovasi Covid-19, dan mengetahui respons pengguna dari kinerja produk, dilakukan penerapan iptek melalui difusi. Kegiatan ini dilaksanakan pada 27 produk di sekitar 15 kota/kab sebagai wujud bakti inovasi Idonesia dalam rangka penanggulangan Covid-19. n m aden ma'ruf/P-4

Baca Juga: