Orang dengan ketahanan imun yang kurang baik, mungkin butuh pengulangan vaksin Covid-19 setiap tahun atau beberapa tahun sekali.

JAKARTA - Vaksinasi Covid-19 masih memiliki efektivitas yang cukup tinggi untuk mencegah gejala berat yang mungkin ditimbulkan dari infeksi varian Omicron, termasuk subvarian XBB. Memang, perlindungan vaksin memiliki tingkatan yang berbeda-beda pada setiap individu, bergantung status imun orang tersebut.

"Untuk vaksin, data sampai saat ini efektivitasnya masih cukup tinggi sebetulnya untuk mencegah penyakit yang berat dan juga mencegah kematian terhadap variant of concern yang ada, yaitu Omicron," kata dokter spesialis mikrobiologi klinik konsultan dr Angky Budianti SpMK(K) dari RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dalam webinar yang diikuti di Jakarta, Selasa (1/11).

Seperti dikutip dari Antara, Angky mengatakan hingga saat ini, belum ada vaksin yang bisa 100 persen efektif bisa mencegah penyakit sehingga protokol kesehatan masih diperlukan. Di negara maju sudah menerapkan vaksin pengulangan (booster) yang berisi virus SARS-CoV-2 yang dilemahkan dengan varian Delta dan varian Omicron atau disebut vaksin bivalen.

Vaksin tersebut diharapkan dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap XBB sebagai bagian dari varian Omicron, terutama pelindungan terhadap kemungkinan gejala berat.

"Saya masih belum tahu apakah nantinya masuk juga ke Indonesia vaksin bivalen tersebut. Namun dengan adanya vaksin bivalen, akan membuat kita bisa tercegah dari infeksi subvarian-subvarian Omicron ini. Akan lebih tinggi kemampuannya untuk mencegah. Begitu juga dengan nanti kalau misalnya muncul varian-varian yang lain," katanya.

Bergejala Ringan

Angky memperkirakan mayoritas kasus yang ditemukan umumnya tetap bergejala ringan, kemungkinan kebutuhan terhadap vaksin pengulangan dapat berkurang. Namun orang-orang dengan ketahanan imun yang kurang baik, mungkin akan membutuhkan vaksin pengulangan setiap satu tahun atau beberapa tahun sekali.

Mengingat saat ini pembatasan sosial sudah dilonggarkan dan skrining sudah tidak diwajibkan di beberapa tempat, Angky mengatakan kemungkinan besar kasus yang dilaporkan merupakan kasus yang bergejala. Walaupun kasus menurun, pasien Covid-19 yang masuk rawat inap juga masih ada walaupun tidak sebanyak pada gelombang varian Delta.

"Maka yang sekarang kita bisa lakukan adalah menjaga diri kita sendiri dan keluarga supaya tidak tertular, maupun kalau kita ada infeksi saluran napas supaya tidak menularkan ke orang lain dengan prokes yang kita jalankan," ujarnya.

"Karena memang kita sampai saat ini masih belum tahu juga sebetulnya, memang kasusnya turun atau memang tidak terlaporkan karena skriningnya rendah karena sudah tidak diwajibkan lagi," kata Angky.

Pasien Covid-19 di Indonesia mengalami penambahan setelah terkonfirmasi 4.707 kasus baru yang disertai juga laporan peningkatan pasien pulih sebanyak 2.071 orang, demikian data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.

Dalam data yang diterima di Jakarta, Selasa (1/11), terdapat pula laporan pasien meninggal dunia sebanyak 32 orang. Total sejak 2020 telah terlaporkan 6.497.786 kasus Covid-19 di Indonesia, dengan 6.311.861 orang telah pulih dan 158.663 orang meninggal dunia.

Dengan penambahan kasus tersebut maka terdapat 27.262 kasus aktif atau pasien yang tengah menjalani perawatan dan isolasi setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Angka itu menunjukkan peningkatan 2.608 orang dibandingkan Senin kemarin (31/10).

Baca Juga: