Omicron masih cukup mendominasi dan tetap bisa menginfeksi ke orang yang sudah divaksinasi dua dosis.

JAKARTA - Pemberian vaksin Covid-19 dosis ketiga atau penguat (booster) berperan penting untuk keluar dari krisis pandemi. Pemberian dosis ketiga kepada penduduk dapat memberikan proteksi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dua dosis.

"Durasi proteksi setelah pemberian dosis ketiga akan jauh memanjang, peranan dosis ketiga menjadi sangat penting untuk keluar dari krisis pandemi," kata epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menilai kepada Antara, di Jakarta, Rabu (1/6).

Dicky menambahkan meski ternyata kedapatan terinfeksi, tetap bisa memberikan proteksi dari keparahan, termasuk mengurangi potensi long Covid- 19. Saat ini, definisi dosis lengkap sudah harus bergeser ke pemberian dosis ketiga agar memberikan proteksi yang tinggi bagi penduduk.

"Saat ini terkesan kuat bahwa definisi dosis lengkap itu di tiga dosis," ucapnya. Bicara pandemi Covid-19 yang masuk tahun ketiga, Dicky mengatakan varian Omicron masih cukup mendominasi dan tetap bisa menginfeksi ke orang yangsudah divaksinasi dua dosis.

Harus Diwaspadai

Artinya, tambah Dicky, varian Omicron ini menjadi suatu yang harus diwaspadai khususnya pada kelompok rentan sehingga dosis tiga menjadi sangat penting. Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengemukakan menurut hasil sero survei yang dilakukan oleh Kemenkes pada Maret 2022 pemberian vaksinasi Covid- 19 dosis penguat efektif meningkatkan kekebalan tubuh.

"Booster (penguat) itu meningkatkan kekebalan atau kekuatan antibodi atau kadar antibodinya itu berlipat-lipat sehingga akan sangat melindungi (tubuh dari serangan virus penyebab penyakit)," katanya. Berdasarkan data Kemenkes per tanggal 1 Juni 2022 pukul 12.00 WIB, penerima vaksin Covid- 19 dosis pertama mencapai 200,32 juta orang atau 96,19 persen dari total 208.265.720 warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19.

Penduduk yang mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 mencapai 167,49 juta warga atau 80,43 persen dari target sasaran. Sedangkan penduduk yang telah menerima dosis ketiga atau penguat mencapai 45,91 juta warga atau 22,04 persen dari target sasaran.

Sementara itu, Shanghai, yang merupakan pusat perekonomian Tiongkok sekaligus pusat perdagangan global, melonggarkan pembatasan Covid- 19 setelah dua bulan menerapkan karantina wilayah atau lockdown, Selasa (31/5) malam.

Pembatasan dilonggarkan sehingga memungkinkan 25 juta penduduk kembali bergerak bebas di area kota. Namun, setidaknya 650.000 penduduk masih tetap diisolasi di rumah-rumah mereka. Kebijakan nol-Covid Tiongkok masih tetap berlaku.

Oleh sebab itu, orang-orang yang terinfeksi akan dikarantina atau dirawat di rumah sakit. Kontak erat orang-orang tersebut juga kemungkinan bakal dikarantina dan kawasan permukiman mereka boleh jadi kembali ditutup. "Ini adalah hari yang telah kita nantikan untuk waktu yang sangat lama," kata juru bicara pemerintah Shanghai, Yin Xin, kepada wartawan.

"Semua orang telah banyak berkorban. Hari ini telah dimenangkan dengan jerih payah sehingga kita harus menghargai dan menjaga situasinya sekaligus menyambut kembali Shanghai yang kita kenal dan rindukan," ujarnya. Seorang pekerja di bidang e-commerce, Chen Ying, berencana tetap bekerja dari rumah setelah lockdown dilonggarkan. Dia akan mengajak putranya yang berusia dua tahun berjalan-jalan di luar rumah.

"Dari awal sudah seharusnya kita bebas, jadi jangan harap saya mengungkapkan rasa syukur bahwa mereka telah mengembalikan kebebasan itu kepada kami," kata dia. Lockdown telah menyebabkan banyak penduduk Shanghai kehilangan pendapatan, berjuang untuk mendapatkan cukup makanan, dan menghadapi tekanan mental akibat isolasi berkepanjangan.

Pabrik-pabrik, termasuk pabrik mobil Volkswagen dan Tesla, juga terpengaruh oleh pembatasan aktivitas, karena staf mereka tidak bisa mengakses pabrik atau harus tinggal di area pabrik dan bekerja secara tertutup.

Baca Juga: