MOSKOW - Sebagian tentara Russia kembali ke pangkalan mereka yang bersebelahan dengan Ukraina usai menyelesaikan latihan, menurut Kementerian Pertahanan Russia pada Selasa (15/2).

Kantor berita Russia Interfax yang mengutip kemenhan menyebutkan bahwa meski latihan besar-besaran di seluruh negeri masih berlangsung, sejumlah pasukan dari distrik militer Selatan dan Barat telah menyelesaikan latihan mereka dan mulai kembali ke pangkalan.

Kabar tersebut kontras dengan peringatan dari Amerika Serikat dan Inggris bahwa Russia kemungkinan bersiap menyerang Ukraina kapan saja.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan Inggris perlu melihat mobilitas pasukan Russia dari perbatasan dengan Ukraina untuk meyakini bahwa Moskow tidak berniat menyerbu Ukraina.

Rekaman video dari kemenhan dan yang dipublikasi kantor berita RIA memperlihatkan sejumlah tank dan kendaraan lapis baja sedang dimuat ke gerbong kereta.

Menurut kementerian, otoritas akan menggunakan truk untuk mengantarkan sejumlah alat berat sementara pasukan akan berjalan kaki menuju pangkalan mereka.

Russia telah menerjunkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, termasuk kontingen besar untuk latihan gabungan di Belarus sampai 20 Februari, yang berarti bahwa Ukraina hampir dikepung oleh militer Russia.

Pasar Russia menanggapi positif kabar tersebut. Mata uang rubel, yang tertekan akibat kekhawatiran terhadap sanksi baru dari Barat jika terjadi perang, naik 1,5 persen sesaat setelah pengumuman kemenhan itu.

Moskow menyangkal berniat menyerang Ukraina. Namun mereka menuntut jaminan yang mengikat secara hukum dari AS dan NATO bahwa Kiev tidak akan diizinkan bergabung dengan blok militer tersebut.

Pemerintah AS di Washington dan NATO di Brussels sejauh ini menolak memberikan jaminan itu.

Kanselir Jerman Olaf Scholz diperkirakan akan tiba di Moskow pada Selasa malam untuk menemui Presiden Vladimir Putin dalam misi pertaruhan besar untuk menghindari perang.

PBB Khawatir

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengatakan sangat khawatir dengan meningkatnya ketegangan konflik di Ukraina dan adanya spekulasi yang meningkat bahwa eskalasi konflik akan mengarah dengan keterlibatan militer.

Guterres pun mendesak para pemimpin dunia untuk menggencarkan diplomasi guna menenangkan keadaan. "Bahkan kemungkinan tentang konfrontasi yang membawa bencana seperti itu tidak bisa kita terima," kata Guterres kepada pers, Senin (14/2), setelah makan siang dengan para duta besar negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, pada Senin, mengatakan telah mendengar kabar bahwa Russia akan melakukan serangan pada Rabu (16/2).

Amerika Serikat (AS) mengatakan Moskwa sedang meningkatkan kekuatan militernya. Sementara itu, Russia telah memberi isyarat untuk terus melakukan dialog dengan negara-negara Barat dalam upaya meredakan krisis keamanan.

"Sekarang adalah waktunya untuk menurunkan ketegangan dan mengurangi pergerakan di lapangan. Tidak ada tempat bagi retorika panas. Pernyataan terbuka harus ditujukan untuk menurunkan ketegangan, bukan untuk mengobarkan," kata Guterres.

Baca Juga: