JAKARTA - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mulai bergeliat setelah Pemerintah melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) awal Juni lalu. Geliat itu terlihat pada trend penurunan permintaan restrukturisasi kredit sektor tersebut dan di sisi lain permintaan kredit mulai meningkat.

Demikian kesimpulan pendapat Wakil Menteri BUMN, Kartika Wijoatmodjo dan Direktur Utama Bank BRI, Sunarso dalam webinar Sekolah Politik Indonesia yang berlangsung di Jakarta, pekan lalu. Menurut Kartika, kredit perbankan khususnya ke sektor UMKM diharapkan berakselerasi pada semester II- 2020.

Sebab itu, Pemerintah telah membekali likuiditas ke bankbank BUMN dan bank-bank pembangunan daerah melalui penempatan deposito, sekaligus menjamin kredit baru untuk segmen UMKM, dan juga korporasi. "Ini situasi ekonomi tidak normal, kalau normal kredit tumbuh 8-10 persen. Saat ini, tumbuh 4-5 persen secara nasional sudah sangat bagus," kata Kartika.

Meskipun berharap kredit perbankan nasional tahun ini bisa tumbuh 5 persen, namun Pemerintah berharap bankbank tetap hati-hati dan tidak terlalu agresif agar rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan/NPL tetap dikelola dengan baik di bawah 5 persen.

Pertanda Baik

Sementara itu, Direktur Utama Bank BRI, Sunarso menegaskan komitmennya membantu UMKM di tengah Covid- 19. Sejak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan regulasi pada Maret, hingga posisi 20 Juli 2020, perseroan telah merestrukturisasi 2,88 juta debitur dengan nilai outstanding 179,17 triliun rupiah.

"Dari sisi portofolio, pada April permintaan restrukturisasi paling tinggi, pada Mei sampai Juli sudah turun. Dari sisi nasabah, Mei jumlah nasabahnya paling tinggi, Juni sampai Juli sudah turun," kata Sunarso. Hal itu jelas Sunarso sebagai pertanda baik, karena saat krisis masyarakat tetap berbelanja (konsumsi), namun belum bekerja seperti kondisi normal.

Pelonggaran PSBB dinilai sebagi pilihan yang tepat karena aktivitas ekonomi tetap berjalan, tetapi dengan protokol kesehatan yang ketat. "Ini menunjukkan kalau kita hati-hati, maka optimis ekonomi secara perlahan akan pulih," kata Sunarso.

Bank dengan aset terbesar itu pun tetap mempertahankan pertumbuhan kredit yang moderat sambil terus mencari banyak peluang penyaluran kredit di segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). "Kondisi masih menantang, kami membuat perkiraan yang tidak jauh berbeda dengan pencapaian 2020 ini untuk tahun depan," kata Sunarso.

Perseroan telah merevisi target pertumbuhan tahun ini menjadi 4-5 persen dari target sebelumnya 8-10 persen. Namun demikian, dia memastikan tren permintaan kredit sudah mulai membaik. Pada akhir paruh pertama tahun ini, perseroan sudah mulai melihat penurunan permohonan restrukturisasi kredit. Perseroan kini mulai fokus pada penyaluran kredit baru terutama modal kerja.

Bank tambah Sunarso telah meleverage dua kali lipat dana yang ditempatkan pemerintah dari 10 triliun rupiah dalam bentuk deposito, dan telah disalurkan kembali dalam bentuk kredit sebesar 24,95 triliun rupiah hingga 29 Juli 2020 dari target yang diberikan sebesar 30 triliun rupiah.

"Ini sinyal UMKM mulai mengeliat menjalankan ekonominya. Momentum ini harus kita jaga agar UMKM kembali bangkit membangun perekonomian," tutup Sunarso.

bud/P-4

Baca Juga: