BIREUEN - Tiga perahu berisi lebih dari 500 pengungsi Rohingya mendarat di Aceh, Indonesia pada Minggu (19/11), kata badan yang mengurusi pengungsi PBB (UNHCR). Salah satu kedatangan terbesar sejak Myanmar melancarkan tindakan keras militer terhadap kelompok minoritas tersebut pada 2017.

Mayoritas Muslim Rohingya dianiaya di Myanmar. Ribuan orang mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dengan melakukan perjalanan laut yang panjang dan mahal, seringkali hanya dengan perahu kecil, untuk mencoba mencapai Malaysia atau Indonesia.

Mitra UNHCR Faisal Rahman mengatakan kepada AFP, satu perahu telah tiba di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, berisi 256 orang di dalamnya. Sementara 239 orang lainnya tiba di wilayah Pidie dan 36 orang dengan perahu kecil di Aceh Timur.

"Ditemukan di beberapa titik," kata Rahman, Minggu (19/11).

Dari 256 penumpang kapal yang mendarat di Bireuen, di antaranya 110 perempuan dan 60 anak-anak, katanya.

Menurut Rahman, itu adalah perahu yang sama yang didorong kembali oleh penduduk setempat ke laut pada Kamis lalu, sehingga terdampar di lepas pantai selama beberapa hari.

"Dikonfirmasi... karena banyak orang yang diidentifikasi oleh petugas keamanan saat pendaratan," katanya.

Dengan kedatangan yang terbaru ini berarti lebih dari 800 pengungsi telah mendarat di Provinsi Aceh hanya pada minggu ini saja. Sebelumnya,196 orang tiba pada hari Selasa dan 147 orang pada hari Rabu, menurut pejabat setempat.

Seorang jurnalis AFP melihat perahu Rohingya merapat di pantai Bireuen setelah para pengungsi turun.

Para pengungsi ditahan di tempat penampungan sementara sambil menunggu keputusan pihak berwenang mengenai nasib mereka. Sebagian besar pengungsi dalam keadaan sehat.

Sekretaris Daerah Bireuen Ibrahim Ahmad mengatakan kepada wartawan, Minggu, keputusan itu akan diambil oleh "lembaga lain".

Di Pidie, Marfian, juru bicara komunitas nelayan setempat, mengkonfirmasi sebuah perahu berisi hampir 250 pengungsi mendarat dalam semalam.

Lebih dari 2.000 warga Rohingya diyakini telah melakukan perjalanan berisiko ke negara-negara Asia Tenggara lainnya pada 2022, menurut UNHCR.

Hampir 200 orang Rohingya tewas atau hilang tahun lalu ketika mencoba melakukan penyeberangan laut yang berbahaya, menurut perkiraan badan tersebut.

Baca Juga: