SYDNEY - Australia harus mengambil tindakan "mendesak" untuk melindungi Great Barrier Reef, termasuk menetapkan target iklim yang lebih ambisius, organisasi kebudayaan PBB memperingatkan.

Dalam rancangan keputusannya, UNESCO juga meminta Australia untuk menyampaikan perkembangan terkini mengenai upaya perlindungan pada awal tahun depan, namun tidak merekomendasikan terumbu karang tersebut dimasukkan ke dalam daftar situs warisan budaya yang terancam punah.

Keputusan yang dikeluarkan pada Senin malam (24/6) itu disambut oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Air Australia Tanya Plibersek sebagai "kemenangan besar".

"Kami bertindak terhadap perubahan iklim, meningkatkan kualitas air setempat, melindungi kehidupan laut, menangani spesies invasif, dan menginvestasikan sejumlah besar uang ke dalam program terumbu karang," katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (25/6).

Namun keputusan UNESCO, yang akan menjadi pedoman pertemuan Komite Warisan Dunia di New Delhi bulan depan, memperingatkan terumbu karang terbesar di dunia itu "masih berada di bawah ancaman serius".

"Tindakan mendesak dan berkelanjutan adalah prioritas utama," tambahnya.

Nasib terumbu karang berulang kali menjadi sumber ketegangan antara UNESCO dan otoritas Australia, dimana Komite Warisan Dunia mengancam akan memasukkan terumbu karang terbesar di dunia itu ke dalam daftar situs warisan global yang "dalam bahaya".

Diplomasi dan lobi di balik layar dari Australia telah menghindari tindakan tersebut dan komitmen dari pemerintahan Partai Buruh di bawah kepemimpinan Anthony Albanese telah mendapat pujian dari UNESCO.

Rancangan keputusan tersebut menyambut baik beberapa langkah yang diambil Australia, termasuk mengenai kualitas air di sekitar terumbu karang dan pembatasan penangkapan ikan dengan jaring insang.

Namun mereka menyatakan "keprihatinan yang tinggi" mengenai pembukaan lahan yang mengancam kualitas air, dan mengatakan Australia harus "menetapkan target pengurangan emisi yang lebih ambisius".

Melihat pemutihan terumbu karang secara massal yang sedang berlangsung , mereka meminta adanya informasi terbaru pada bulan Februari mendatang, dan menolak permintaan Australia untuk menunggu hingga tahun 2026.

Mereka juga mendesak Australia untuk mempublikasikan rincian angka kematian terumbu karang "sesegera mungkin" dalam gelombang pemutihan terbaru ini.

Plibersek mengatakan UNESCO mengakui upaya Australia untuk melindungi terumbu karang.

"Rancangan keputusan hari ini merupakan kemenangan besar bagi Queensland, kemenangan besar bagi ribuan orang yang bergantung pada terumbu karang untuk bekerja, dan kemenangan besar bagi semua tumbuhan dan hewan yang tinggal di terumbu karang," ujarnya.

Namun kelompok lingkungan hidup mengatakan keputusan UNESCO harus menjadi sebuah "seruan untuk mengingatkan".

"UNESCO telah meminta Australia untuk menetapkan target iklim yang lebih ambisius, dan memberi kami tenggat waktu pada Februari 2025 untuk menyerahkan laporan kemajuan - waktu terus berjalan," kata CEO Greenpeace Australia Pasifik David Ritter.

World Wide Fund for Nature-Australia juga merilis gambar baru pada hari Selasa (25/6) yang menunjukkan karang yang memutih dan mati di terumbu karang.

Kelompok tersebut mendesak Australia untuk berkomitmen terhadap target pengurangan emisi federal setidaknya 90 persen di bawah tingkat tahun 2005 pada tahun 2035 dan berhenti menyetujui proyek bahan bakar fosil baru.

Australia saat ini menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 43 persen dari tingkat emisi tahun 2005 pada tahun 2030 dan mencapai nol emisi pada tahun 2050.

Baca Juga: